SALAH SATU TANDA KIAMAT

Sabtu, 06 Desember 2014

| | | 0 komentar
Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa diantara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan menyebarnya kebodohan. Dijelaskan dalam as-Shahiihain dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ.
“Diantara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan”.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Syaqiq, beliau berkata, “Aku pernah bersama ‘Abdullah dan Abu Musa, keduanya berkata, ‘Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ لسَّمَاعَةِ لأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيْهَا الْعِلْمُ.
“Sesungguhnya menjelang datangnya Hari Kiamat akan ada beberapa hari dimana kebodohan turun dan ilmu dihilangkan.”
Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
يَتَقَرَّبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ.
“Zaman saling berdekatan, ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan dilemparkan (ke dalam hati), dan pembunuhan semakin banyak.”
Ibnu Baththal berkata, “Semua yang terkandung dalam hadits ini termasuk tanda-tanda Kiamat yang telah kita saksikan secara jelas, ilmu telah berkurang, kebodohan nampak, kebakhilan dilemparkan ke dalam hati, fitnah tersebar dan banyak pembunuhan.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, mengomentari ungkapan itu dengan perkataannya, “Yang jelas, sesungguhnya yang beliau saksikan adalah banyak disertai adanya (tanda Kiamat) yang akan datang menyusulnya. Sementara yang dimaksud dalam hadits adalah kokohnya keadaan itu hingga tidak tersisa lagi keadaan yang sebaliknya kecuali sangat jarang, dan itulah isyarat dari ungakapan “dicabut ilmu”, maka tidak ada yang tersisa kecuali benar-benar kebodohan yang murni. Akan tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan adanya para ulama, karena mereka saat itu adalah orang yang tidak di tengah-tengah mereka.
Dicabutnya ilmu terjadi dengan diwafatkannya para ulama. Dijelaskan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اِنَّ اللهَ لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ, وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَالَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا, فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.
‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.’ (Bukhari dan Muslim)
An-Nawawi rahimahullah, berkata, “Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam hadits-hadits terdahulu yang mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah pembawanya meninggal, dan manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemutus hukum yang menghukumi dengan kebodohan mereka, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.”
Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah, ia adalah ilmu yang diwariskan dari para Nabi ‘Alaihimus Salam, karena sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan dengan kepergian (wafat) nya mereka, maka hilanglah ilmu, matilah Sunnah-Sunnah Nabi, muncullah berbagai macam bid’ah dan meratalah kebodohan.
Adapun ilmu dunia, maka ia terus bertambah, ia bukanlah makna yang dimaksud dalam berbagai hadits. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.
“Lalu mereka ditanya, kemudia mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.”
Kesesatan hanya terjadi ketika bodoh terhadap ilmu agama. Para ulama yang sebenarnya adalah mereka yang mengamalkan ilmu mereka, memberikan arahan kepada umat, dan menunjuki mereka jalan kebenaran dan petunjuk, karena sesungguhnya ilmu tanpa amal adalah sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan akan menjadi musibah bagi pemiliknya. Dijelaskan pula dalam riwayat al-Bukhari:
وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ.
“Dan berkurangnya pengamalan.”
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah ulama besar ahli tarikh (sejarah) Islam berkata setelah memaparkan sebagian pendapat ulama, “Dan mereka tidak diberikan ilmu kecuali hanya sedikit saja. Adapun sekarang, maka tidak tersisa dari ilmu yang sedikit saja pada sedikit manusia, sungguh sedikit dari mereka yang mengamalkan ilmu yang sedikit tersebut, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita.”
Jika hal ini terjadi pada masa Imam adz-Dzahabi, maka bagaimana pula dengan zaman kita sekarang ini? Karena setiap kali zaman itu jauh dari masa kenabian, maka ilmu pun akan semakin sedikit dan banyak kebodohan.

maka kita simpulkan ternyata sekarang (hari ini dan kedepannya) sudah masuk kepada yang namanya massa akhir zaman yang telah disebutkan dalil beberapa hadits di atas.
karena ilmu yang diberikan oleh seorang ulama kepada santrinya dan mustami' lainnya tidak akan bisa diterima semuanya,maka akhirnya ilmu tersebut akan terus terkikis dengan waktu yang singkat, terutama kesemangatan belajar dan mengamalkan ilmu pada zaman sekarang berbeda jauh dengan masa lampau.
rasa ta'dzim seorang santri/siswa pada gurunya sudah mulai hilang dengan itu Allah mencabut keberkahan ilmu yang telah didapatnya.
mudah-mudahan pada akhir zaman ini kita menjadi sebagian kecil dari sebagian besar yang ada.amiin

Followers