Perkembangan pelaksanaan
kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan bangsa-bangsa Barat ternyata tidak
hanya diterapkan di Indonesia saja, melainkan di negara-negara Asia-Afrika
lainnya. Kolonia-lisme dan imperialisme akhirnya menimbulkan reaksi bagi bangsa-bangsa
Asia dan Afrika untuk melakukan perlawanan. Inspirasi perlawanan tersebut
muncul seiring dengan masuknya paham-paham baru dari Eropa, seperti
nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, komunisme, serta paham pan
Islamisme yang muncul dari cendekiawan muslim Asia-Afrika.
Pada materi ini, Anda
akan mempelajari definisi dan perkembangan paham-paham baru yang berkembang di
Eropa pada abad ke-19 serta dampaknya terhadap kesadaran pergerakan kebangsaan
di Indonesia. Untuk lebih jelasnya, marilah kita pelajari materi berikut.
Ringkasan Materi
A.
Perkembangan
Paham-Paham Baru
1.
Nasionalisme
Paham nasionalisme
berkembang dari Eropa dan sejak abad ke-19 menyebar ke berbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia.
Nasionalisme diartikan
sebagai suatu sikap politik dan sosial dari kelompok suatu bangsa yang memiliki
kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah serta persamaan cita-cita dan tujuan.
Dengan demikian, kelompok tersebut merasakan adanya kesatuan mendalam terhadap
kelompok bangsa itu.
Negara-negara pemula penganut paham
nasionalisme adalah Inggris, Jerman, dan Italia. Tokoh-tokoh Asia yang menjadi
pelopor paham Nasionalisme antara lain adalah Soekarno dari Indonesia,
Jawaharlal Nehru dari India, Dr. Sun Yat Sen dari Cina, dan lain-lain.
2.
Liberalisme
Liberalisme merupakan paham
yang mengutamakan kemerdekaan, terutama kemerdekaan individu. Paham ini
berkembang sangat pesat di kota-kota besar Eropa. Pendukungnya adalah kaum
Borjuis dan kaum terpelajar kota. Aliran liberalisme tidak memiliki ikatan yang
kuat. Peranan kaum Borjuis semakin besar setelah industri dan perdagangannya
menjadi mata pencaharian penting.
3.
Planislamisme
Pan Islamisme adalah suatu
paham yang bertujuan untuk mempersatukan umat Islam sedunia. Paham ini dalam
bahasa Arabnya disebut dengan Al Jami’ah al Islamiyah yang dicetuskan
oleh seorang Afghanistan bernama Jamaluddin al Afgani (1839–1897). Namun, ada
yang berpendapat bahwa paham ini telah ada pada diri tokoh perubahan dari Mesir
bernama Al-Tahtawi (1801 – 1873). Jamaluddin al Afghani menyaksikan bagaimana
bangsa Barat terutama Inggris ikut campur dalam urusan negara-negara Islam.
Oleh karena itu, beliau mengajak kaum muslim untuk kembali pada Alquran dan
Hadits, juga menyerukan untuk berjuang melawan imperialisme Barat untuk merebut
kemerdekaan bangsa dan tanah air.
PERGERAKAN
ASIA AFRIKA
Di kawasan Asia, kesadaran
nasional baru bangkit sekitar permulaan abad ke-20 untuk melepaskan cengkeraman
dari kekuasaan Barat.Misalnya, gerakan nasional India yang dipelopori oleh
Mahatma Gandhi,gerakan nasional Cina yang dipelopori oleh Sun Yat Sen, gerakan
nasional Turki yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha.
1.
INDIA
Mahatma Gandhi mengajarkan
beberapa hal.
1. Swadesi, yaitu gerakan
rakyat India untuk membuat dan memakai bahan buatan dalam
negeri sendiri.
negeri sendiri.
2. Ahimsa, artinya melawan
tanpa kekerasan (dilarang membunuh) artinya tidak berbuat
apa-apa.
apa-apa.
3. Satyagraha, artinya
gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan penjajah
(Inggris) sehingga disebut gerakan nonkooperatif.
4. Hartal, artinya berkabung karena ada kejadian yang menyedihkan. Berkabung sebagai
tanda protes (mogok).
5. Purnaswaray, yaitu merdeka penuh.
Hasil perjuangan rakyat India ialah pada tanggal 15 Agustus 1947 rakyat mendapatkan status dominion dan berhak mengatur urusan dalam negerinya sendiri. Pada tanggal 26 Januari 1950, negara India mendapat kemerdekaan penuh dengan Nehru sebagai perdana menterinya.
(Inggris) sehingga disebut gerakan nonkooperatif.
4. Hartal, artinya berkabung karena ada kejadian yang menyedihkan. Berkabung sebagai
tanda protes (mogok).
5. Purnaswaray, yaitu merdeka penuh.
Hasil perjuangan rakyat India ialah pada tanggal 15 Agustus 1947 rakyat mendapatkan status dominion dan berhak mengatur urusan dalam negerinya sendiri. Pada tanggal 26 Januari 1950, negara India mendapat kemerdekaan penuh dengan Nehru sebagai perdana menterinya.
2.
CHINA
Sun Yat Sen, pelopor gerakan nasional Cina, mengajarkan Sun Min Chu I (tiga asas kerakyatan), yaitu Min Chu (nasionalisme), Min Chuan (demokrasi), dan Min Shen (sosialisme). Gerakan nasional Cina berhasil mengusir Inggris serta melahirkan Republik Cina (1912).
Sun Yat Sen, pelopor gerakan nasional Cina, mengajarkan Sun Min Chu I (tiga asas kerakyatan), yaitu Min Chu (nasionalisme), Min Chuan (demokrasi), dan Min Shen (sosialisme). Gerakan nasional Cina berhasil mengusir Inggris serta melahirkan Republik Cina (1912).
3.
TURKI
Gerakan nasional Turki dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha. Sebelumnya, terjadi Gerakan Turki Muda yang bertujuan untuk menyelamatkan Turki dari keruntuhan, mengembangkan rasa nasionalisme, dan membulatkan semangat kebangsaan Turki.
Adapun Gerakan Turki Muda meliputi hal-hal berikut.
1. Modernisasi Turki, yaitu membangun Turki secara modern.
2. Nasionalisme berarti menebalkan rasa kebangsaan Turki sehingga rakyat berjuang
mempertahankan Turki dari rongrongan penjajahan.
3. Demokrasi berarti membentuk pemerintahan atas dasar kedaulatan rakyat dengan
UUD, sebab keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan memperkukuh negara.
Selanjutnya, Kemal Pasha mengambil tindakan, antara lain,
1. memproklamasikan Turki menjadi republik pertama dengan Mustafa Kemal Pasha
sebagai presidennya pada tanggal 29 Oktober 1923;
2. melaksanakan pemerintahan modern, yakni pengesahan UUD, kota Ankara sebagai ibu
kota, modernisasi agama, dipakainya huruf Latin;
3. modernisasi ekonomi dengan cara mengadakan rencana pembangunan lima tahun;
4. modernisasi pertahanan dan persenjataan modern.
Gerakan nasional Turki dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha. Sebelumnya, terjadi Gerakan Turki Muda yang bertujuan untuk menyelamatkan Turki dari keruntuhan, mengembangkan rasa nasionalisme, dan membulatkan semangat kebangsaan Turki.
Adapun Gerakan Turki Muda meliputi hal-hal berikut.
1. Modernisasi Turki, yaitu membangun Turki secara modern.
2. Nasionalisme berarti menebalkan rasa kebangsaan Turki sehingga rakyat berjuang
mempertahankan Turki dari rongrongan penjajahan.
3. Demokrasi berarti membentuk pemerintahan atas dasar kedaulatan rakyat dengan
UUD, sebab keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan memperkukuh negara.
Selanjutnya, Kemal Pasha mengambil tindakan, antara lain,
1. memproklamasikan Turki menjadi republik pertama dengan Mustafa Kemal Pasha
sebagai presidennya pada tanggal 29 Oktober 1923;
2. melaksanakan pemerintahan modern, yakni pengesahan UUD, kota Ankara sebagai ibu
kota, modernisasi agama, dipakainya huruf Latin;
3. modernisasi ekonomi dengan cara mengadakan rencana pembangunan lima tahun;
4. modernisasi pertahanan dan persenjataan modern.
B.
Hubungan
Kehidupan Perkotaan dengan Munculnya pergerakan kebangsaan Indonesia
Kota memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan selalu menjadi tujuan
masyarakat dari berbagai daerah. Kehidupan dan mentalitas masyarakat kota,
biasanya mencari dan menemukan identitas baru, pluralistis (suku, agama,
profesi), modern (relative maju dan toleran). Oleh karena itu, kota menjadi
tempat yang sangat strategis dalam upaya memunculkan dan mengembangkan
pergerakan nasional Indonesia. Dari kota-kota tersebut muncullah
golongan-golongan elite baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia, seperti
golongan terpelajar, golongan profesional, dan golongan pers.
1.
Golongan
Terpelajar
Golongan terpelajar
termasuk ke dalam kelompok elite minoritas dari bangsa Indonesia, tetapi
kedudukan dan peranannya sangat besar dalam lingkungan masyarakat. Dikatakan
minoritas karena di dalam susunan masyarakat jumlahnya relatif kecil apabila
dibandingkan dengan kelompok-kelompok di bawahnya. Golongan ini muncul pada kota,
khususnya kota-kota besar yang dijadikan pusat dan tempat untuk mengadu nasib,
juga merupakan tempat bertemunya ide-ide para pelajar, mahasiswa, sarjana dan
pemuda lain dari berbagai daerah dengan adat istiadat yang berbeda-beda.
Para pemuda pelajar mulai
menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menghadapi penjajah Belanda.
Mereka juga melihat pentingnya perluasan pengajaran bagi kemajuan bangsa
seperti yang ditegaskan oleh para pelajar STOVIA di Batavia. Begitu pula di
dalam menghadapi kaum kapitalis asing, tidak ada jalan yang lebih baik kecuali
jika para pedagang pribumi bersatu seperti yang dinyatakan oleh pendiri Sarekat
Islam, yaitu Haji Samanhudi.
2.
Golongan Profesional
Golongan profesional lebih
banyak muncul dan mengembangkan profesinya pada daerah perkotaan. Pada masa
kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda, golongan profesional ini memiliki
peranan penting dalam kehidupan masyarakat di daerah perkotaan. Golongan
profesional terdiri atas berbagai profesi seperti profesi guru, dokter, dan
sebagainya.
3.
Peranan
Pers Indonesia
Pada abad ke-19, pers masuk
ke wilayah Indonesia dan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
kota-kota di Indonesia. Wujud perkembangan pers itu dalam bentuk surat kabar
ataupun majalah. Munculnya surat kabar dimodali oleh orang-orang Cina dengan
menggunakan bahasa Melayu. Derngan demikian, surat kabar yang diterbitkan
secara tidak langsung ikut serta di dalam mempopulerkan penggunaan bahasa
Melayu. Surat kabar juga memuat isu-isu politik yang sedang berkembang,
sehingga secara tidak langsung telah banyak memberikan pendidikan politik pada
masyarakat Indonesia. Surat kabar berbahasa Melayu berkembang sejak awal abad
ke-20, antara lain sebagai berikut.
a.
Sumatra:
Sinar Soematra, Tjahaja Soematra, Pemberita Atjeh, Pertja Barat.
b.
Jawa:
Bromantani, Pewarta Soerabaja, Kabar Perniagaan, Pemberitaan Betawi, Pewarta
Hindia, Bintang Pagi, Sinar Djawa, Hampaet, Melayu, Poetera Hindia.
c.
Kalimantan:
Pewarta Borneo.
d.
Sulawesi:
Pewarta Manado.
Surat kabar mempunyai
fungsi sosial dasar, yaitu memperluas pengetahuan bagi para pembacanya dan
dapat membentuk opini umum. Akan tetapi, ruang gerak persuratkabaran pada zaman
kolonial Belanda dibatasi dan dikontrol ketat. Selain surat kabar yang membawa
suara nasionalisme, terbit surat kabar yang merupakan pembawa suara pemerintah
kolonial Hindia Belanda, seperti Pantjaran Warta dan Bentara Hindia di
Jakarta, Sinar Matahari di Makassar, dan Medan Priyayi di Bandung.
PENDALAMAMAN TENTANG HUBUNGAN PERKOTAAN
Hubungan
Kehidupan Perkotaan dengan Muncul dan Berkembangnya Pergerakan Kebangsaan
Indonesia
Kota pada zaman sebelum kemerdekaan dulu merupakan pusat pemerintahan, perdagangan , pendidikan dan kegiatan negara yang lai8n. Namun, luas kota dahulu tidak seluas kota seperti sekaranag. Akan tetapi pola pemukiman bersifat pluralitas. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu di kota banyak penduduk yang berdatangan dari berbagai daerah dan dari luar negeri yang masing-masing mempunyai pola kebudayaan yang berbeda-beda.
Kota pada zaman sebelum kemerdekaan dulu merupakan pusat pemerintahan, perdagangan , pendidikan dan kegiatan negara yang lai8n. Namun, luas kota dahulu tidak seluas kota seperti sekaranag. Akan tetapi pola pemukiman bersifat pluralitas. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu di kota banyak penduduk yang berdatangan dari berbagai daerah dan dari luar negeri yang masing-masing mempunyai pola kebudayaan yang berbeda-beda.
Latar
Belakang Pergerakan Nasional
A.
Perkembangan Pengajaran
Berlatar belakang perkembangan ekonomi dan administrasi,
timbullah kebutuhan akan tenaga yang ahli. Sehingga pemerintah Kolonial
mendirikan sekolah yang mula-mula terbatas pada tingkat rendah.
Perkembangan pengajran dengan system sekolah yang mau tak mau disesuaikan dengan sifat dualistis masyarakat Indonesia. Namun, hanya keluarga elit pribumi yang dapat bersekolah sampai jenjang tinggi. Dengan demikian muncullah para kaum elit pribumu yang terpelajar yang akan mendorong persatuan bangsa.
Program pendidikan mengandung hal-hal, yaitu:
Prinsip gradualisme, yaitu prinsip pengajaran yang berangsur, lambat, dan bertahap
Sistem dualisme, yaitu mendiskriminasikan pendidikan anak Belanda unruk bumi putera
Pendidikan bertujuan menghasilkan pegawau administrasi Belanda
Tidak ada pendidikan yang sistematis untuk orang bumi putera
Jenjang Pendidikan yang Didirikan oleh Belanda:
a. SD, contohnya HIS
b. SLTP, contohnya MULO
c. SLTA, contohnyaAMS
d. Pendidikan Tinggi, contohnya STOVIA
B. Golongan-Golongan Sosial Masyarakat
o Elit Agama
§ Umumnya kaum ini adalah pemeluk agama Islam baik yang tinggal di kota atau di desa yang mempunyai pengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat
o Orang Kecil
Umumnya disebut sebagai wong cilik yang merupakan bagian dari golongan masyarakat yang rendah yang lazim tinggal di pedesaan.§
o Golongan Belanda
§ Merupakan golongan penguasa yang sangat tidak kenal terhadap rakyat pribumi dan hanya tertentu saja. Umumnya golongan inilah yang menjadi penguasa pada zaman itu.
C. Kondisi Ekonomi
Di zaman itu munculnya industri Belanda Menjadi saingan industri kecil rakyat Indonesia. Karena industri Belanda sudah modern, maka hal itu menyebabkan kebangkrutan bagi industri rakyat Indonesia. Sehingga rakyat Indonesia tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara maksimal.
D. Kondisi Politik
Belanda yang telah menguasai Indonesia menjadikan dirinya sebagai penguasa yang mutlak. Sehingga rakyat Indonesia tidak ada tempat untuk mengadukan nasib. Sejak saat itulah Indonesia menjadi bawahan Belanda.
Usaha Membentuk Pergerakan Nasional
Hingga abad ke-19 Indonesia belum meraih kemerdekaan, sehingga pada awal abad ke-19 muncullah pergerakan nasional. Faktor yang menyebabkan Indonesia belum bisa meraih kemerdekaan yaitu :
Perlawanan masih bersifat kedaerahan
Perlawan bersifat tidak serentak
Masih tergantung pemimpin
Kalah dalam persenjataan
Taktik Belanda devide at impera yang tak terkalahkan
Ciri-ciri pergerakan nasional yang dibentuk yaitu :
Pergerakan bersifat nasional
Tidak terpusat pada pemimpin
Sistem pergerakan organisasi bersifat modern
Pergerakan didirikan oleh kaum terpelajar
Bentuk perjuangan dibidang sosial, ekonomi, pendidikan
Faktor-faktor yang Mendorong Pergerakan Nasional,yaitu:
A. Faktor Internal
Penderitaan rakyat yang berkepanjangan akibat adanya culturstelsel
Lahirnya golongan cendekiawan
Kenangan kejayaan Majapahit dan Sriwijaya
B. Faktor Eksternal
Masuknya gagasan nasionalisme modern.i
Pengaruh pergerakan nasional dan modernisasi di berbagai negara di Asia seperti Turki, Cina dan India.i
Restorasi Meiji di Jepang dan kemenangannya atas Rusia.i
Gerakan pembaharuan Islam.i
Perkembangan pengajran dengan system sekolah yang mau tak mau disesuaikan dengan sifat dualistis masyarakat Indonesia. Namun, hanya keluarga elit pribumi yang dapat bersekolah sampai jenjang tinggi. Dengan demikian muncullah para kaum elit pribumu yang terpelajar yang akan mendorong persatuan bangsa.
Program pendidikan mengandung hal-hal, yaitu:
Prinsip gradualisme, yaitu prinsip pengajaran yang berangsur, lambat, dan bertahap
Sistem dualisme, yaitu mendiskriminasikan pendidikan anak Belanda unruk bumi putera
Pendidikan bertujuan menghasilkan pegawau administrasi Belanda
Tidak ada pendidikan yang sistematis untuk orang bumi putera
Jenjang Pendidikan yang Didirikan oleh Belanda:
a. SD, contohnya HIS
b. SLTP, contohnya MULO
c. SLTA, contohnyaAMS
d. Pendidikan Tinggi, contohnya STOVIA
B. Golongan-Golongan Sosial Masyarakat
o Elit Agama
§ Umumnya kaum ini adalah pemeluk agama Islam baik yang tinggal di kota atau di desa yang mempunyai pengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat
o Orang Kecil
Umumnya disebut sebagai wong cilik yang merupakan bagian dari golongan masyarakat yang rendah yang lazim tinggal di pedesaan.§
o Golongan Belanda
§ Merupakan golongan penguasa yang sangat tidak kenal terhadap rakyat pribumi dan hanya tertentu saja. Umumnya golongan inilah yang menjadi penguasa pada zaman itu.
C. Kondisi Ekonomi
Di zaman itu munculnya industri Belanda Menjadi saingan industri kecil rakyat Indonesia. Karena industri Belanda sudah modern, maka hal itu menyebabkan kebangkrutan bagi industri rakyat Indonesia. Sehingga rakyat Indonesia tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara maksimal.
D. Kondisi Politik
Belanda yang telah menguasai Indonesia menjadikan dirinya sebagai penguasa yang mutlak. Sehingga rakyat Indonesia tidak ada tempat untuk mengadukan nasib. Sejak saat itulah Indonesia menjadi bawahan Belanda.
Usaha Membentuk Pergerakan Nasional
Hingga abad ke-19 Indonesia belum meraih kemerdekaan, sehingga pada awal abad ke-19 muncullah pergerakan nasional. Faktor yang menyebabkan Indonesia belum bisa meraih kemerdekaan yaitu :
Perlawanan masih bersifat kedaerahan
Perlawan bersifat tidak serentak
Masih tergantung pemimpin
Kalah dalam persenjataan
Taktik Belanda devide at impera yang tak terkalahkan
Ciri-ciri pergerakan nasional yang dibentuk yaitu :
Pergerakan bersifat nasional
Tidak terpusat pada pemimpin
Sistem pergerakan organisasi bersifat modern
Pergerakan didirikan oleh kaum terpelajar
Bentuk perjuangan dibidang sosial, ekonomi, pendidikan
Faktor-faktor yang Mendorong Pergerakan Nasional,yaitu:
A. Faktor Internal
Penderitaan rakyat yang berkepanjangan akibat adanya culturstelsel
Lahirnya golongan cendekiawan
Kenangan kejayaan Majapahit dan Sriwijaya
B. Faktor Eksternal
Masuknya gagasan nasionalisme modern.i
Pengaruh pergerakan nasional dan modernisasi di berbagai negara di Asia seperti Turki, Cina dan India.i
Restorasi Meiji di Jepang dan kemenangannya atas Rusia.i
Gerakan pembaharuan Islam.i
C.
Perkembangan
Pergerakan Kebangsaan di Indonesia dan Kawasan lain di Asia Tenggara pada Paruh
Pertama Abad ke-20
1.
Pembentukan Identitas Nasional dan
Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
a.
Identitas
Nasional (Kebangsaan)
Sejak J.R. Logan
menggunakan kata “Indonesia” untuk menyebut penduduk dan wilayah Nusantara
(1850), maka istilah “Indonesia” mulai dikenal. Beberapa tokoh penulis
Indonesia tidak lagi menggunakan istilah “Hindia Belanda”, melainkan
menggunakan istilah “Indonesia”.
Dalam perkembangannya
istilah Indonesia selanjutnya dijadikan sebagai nama organisasi para mahasiswa
di Negeri Belanda, yaitu Indonesische Vereeniging (Perhimpunan
Indonesia). Di samping itu, istilah “Indonesia” menjadi populer dan diketahui
oleh seluruh rakyat Indonesia saat ditetapkannya “Sumpah Pemuda”. Dengan Sumpah
Pemuda, kata Indonesia telah dijadikan identitas kebangsaan yang diakui oleh
setiap suku bangsa di wilayah Indonesia. Selanjutnya, kata “Indonesia”
dibukukan kembali melalui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945).
a.
Terbentuknya
Nasionalisme Indonesia
Kekuasaan
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia dapat menimbulkan terbentuknya
nasionalisme Indonesia. Ada beberapa faktor terjadinya nasionalisme di
Indonesia, seperti berikut.
1)
Perkembangan
Pendidikan
Sejak adanya Politik Etis, edukasi atau pendidikan diberikan untuk meningkatkan
pendidikan di Indonesia, di samping itu masyarakat Indonesia yang diberi
kesempatan untuk belajar ke negeri Belanda. Di Indonesia juga didirikan lembaga
tinggi pendidikan bagi para pribumi, seperti Sekolah Tinggi Kedokteran
(STOVIA), Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, dan Sekolah Tinggi Hukum di
Jakarta. Sekolah-sekolah tersebut melahirkan sarjana-sarjana yang menjadi motor
penggerak dari pergerakan nasional Indonesia.
2)
Diskriminasi
Diskriminasi ini dilaksanakan untuk membedakan antara penguasa dan yang
dikuasai. Diskriminasi menimbulkan perbedaan mencolok yang tampak dalam bidang
pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Ciri khas masyarakat colonial pada dasarnya terdapat hubungan yang tidak
seimbang antara penjajah dan yang terjajah. Ada lima ciri utama yang menjadi
dasar hubungan kolonial sebagai berikut.
a) Perbedaan warna kulit.
b) Kedudukan politik penduduk yang terjajah.
c) Ketergantungan ekonomi.
d) Rendahnya kesejahteraan social penduduk.
e) Kurangnya kontak sosial antara penguasa dan yang dikuasai.
2.
Perkembangan
Nasionalisme di Indonesia dengan Perkembangan Nasionalisme di Asia
Tenggara pada Paruh Pertama Abad Ke-20
Terbentuknya
nasionalisme kebangsaan di Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan paham-paham
baru dari luar wilayah Indonesia. Paham-paham baru yang berkembang di luar
wilayah Indonesia pada masa itu seperti paham nasionalisme. Paham nasionalisme
ini muncul di beberapa negara di wilayah Asia maupun Afrika, seperti India,
Cina, Jepang, Mesir, dan lain sebagainya.
a.
Gerakan
Nasionalisme di India
Nasionalisme India
ditujukan pada bangsa Inggris. Sebab-sebab timbulnya nasionalisme India adalah
sebagai berikut.
1)
Perbaikan
nasib rakyat oleh pemerintah Inggris setelah pemberontakan Sepoy tidak kunjung
datang, sehingga rakyat India-lah yang harus bergerak sendiri.
2)
Hanya
orang-orang Inggris-lah yang duduk di pemerintahan, sedangkan orang-orang India
tidak diperkenankan ikut serta.
3)
Kebudayaan
Barat yang dipaksakan oleh Inggris, menimbulkan reaksi keras dari rakyat India
yang ingin tetap mempertahankan kebudayaan India asli. Kebudayaan Barat
dianggap ter-lampau materialistis, padahal kebudayaan India lebih mementingkan
kejiwaan dan kerohanian.
4)
Munculnya
kaum terpelajar yang telah mengenyam pendidikan Barat, mereka telah mengetahui
apa itu liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme.
5)
Pemberian
status dominian Kanada tahun 1867 menimbulkan keinginan bangsa India untuk
memperoleh status yang sama.
Gerakan
nasionalisme di India tidak hanya di bidang politik, tetapi juga di dalam
bidang keagamaan (kerohanian). Nasionalisme India bukan hanya gerakan
kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan, tetapi juga untuk pembaharuan
manusianya.
Gerakan
nasionalisme di India diwujudkan dengan Pemberontakan Sepoy (1857), Gerakan
Brahma Samaj, Santiniketan, Gerakan Rama Krisna, Partai Kongres, dan Mahatma
Gandhi.
1)
Brahma
Samaj
Gerakan
ini bertujuan untuk membersihkan kepercayaan umat Hindu dari hal-hal yang
mengotori agama dan memberantas keburukan yang ada dalam masyarakat Hindu.
Misalnya, upacara Sati harus dihapus sebab dianggap sebagai pembunuhan. Di
samping itu, Brahma Samaj melarang adanya perkawinan di bawah umur dan
poligami. Tokoh gerakan ini ialah Ram Mohan Roy.
2)
Rama
Krisna
Rama
Krisna adalah aliran yang menghendaki kembali kepada ajaran agama Hindu yang
murni. Tokohnya adalah Swami Vivekananda.
3)
Santineketan
Gerakan
ini bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air, cinta bangsa, dan cinta
kebudayaan India. Tokohnya adalah Rabindranath Tagore.
4)
Kongres
(All Indian National Congres) 1885
Berdirinya
Kongres tahun 1885 ini atas inisiatif Allan Octavian Home (seorang Inggris
kelahiran Skotlandia) yang simpati terhadap perjuangan rakyat India. Partai
Kongres di bawah pimpinan W.C. Bannerji, dalam perkembangannya banyak program
dan kegiatannya yang didominasi oleh golongan Hindu. Bahkan, dari pihak Hindu
yang ekstrim menyatakan semboyan “India untuk Hindu” (India adalah Hindu).
Itulah sebabnya para tokoh Islam yang aspirasi kelompoknya tidak mendapat
tempat yang wajar dalam Kongres memisahkan diri. Pada tahun 1907 dalam Kongres
sendiri terdapat dua aliran, yakni antara lain:
a)
Aliran
Moderat, yang puas dengan tuntutan swaraj atau home rule. Artinya
menuntut pemerintahan sendiri dalam lingkungan Kerajaan Inggris. Tokohnya W.C.
Bannerji dan Motilal Nehru.
b)
Aliran
Ekstrim (radikal) yang menuntut kemerdekaan penuh (purna swaraj) dengan
tokohnya Tilak dan Jawaharlal Nehru.
5)
Liga
Muslim (Muslim League) 1906
Pada 1906 kelompok muslim
keluar dari Kongres dan mendirikan partai tersendiri, yakni Liga Muslim (Muslim
League) dengan tokoh-tokohnya Moh. Ali Jinnah, Liquat Ali Khan, dan Aga
Khan.
Tokoh dari India lainnya yang mengembangkan nasionalis
India adalah bentuk perlawanan yang
dilakukan
Mahatma Gandhi dalam berjuang melawan Inggris, antara lain melalui satyagraha
(cinta tanah air), ahimsa (tidak membunuh), hartal (pemogokan),
dan swadesi (menggunakan produk sendiri). Dengan gerakan ini ternyata
mampu meningkatkan perekonomian bangsa India. Sebaliknya, merupakan pukulan
bagi ekspor Inggris ke India. Sebagai tanda penghormatan pada swadesi, maka
gambar “roda pemintal” tertera pada bendera kebangsaan India yang mulai
berkibar pada tanggal 15 Agustus 1947.
b.
Gerakan
Nasionalisme Cina
Sebab-sebab
timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut.
1)
Lenyapnya
kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang pernah
membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K’ang
Hsi dan Ch’ien Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
2)
Pemerintahan
Manchu dianggap kolot dan telah bobrok.
3)
Adanya
korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan Istana Manchu.
4)
Kekalahan Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
5)
Munculnya kaum intelektual Cina. Mereka telah
mengenal paham-paham Barat, seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi.
Dari kaum intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk menggulingkan
pemerintahan Manchu.
Gerakan nasionalisme Cina
dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen dengan ajarannya San Min Chu I (Tiga Asas
Kerakyatan), yakni min t’sen (kebangsaan atau nasionalisme), min tsu
(kerakyatan atau demokrasi ), dan min sheng (kesejahteraan atau sosialisme).
Dengan asas San Min Chu I,
Sun Yat Sen bercita-cita setelah Manchu runtuh akan dibentuk satu pemerintahan
pusat yang demokratis. Di samping itu, akan mengangkat harkat dan martabat
bangsa Cina sejajar dengan negara-negara Barat.
Pada tanggal 10 Oktober
1911 meletuslah revolusi di Wuchang (Wuchang Day) di bawah pimpinan Li
Yuan Hung dan berhasil menggulingkan kekuasaan Manchu. Itulah sebabnya, tanggal
10 Oktober 1911 kemudian dijadikan Hari Kemerdekaan Cina. Dengan Revolusi Cina
1911, berarti runtuhlah kekuasaan Manchu. Selanjutnya, pada tanggal 1 Januari
1912 Sun Yat Sen dipilih sebagai Presiden Cina yang baru. Saat itu, wilayah
Cina baru meliputi wilayah Cina Selatan dengan Nanking sebagai ibu kotanya.
Sementara itu, Cina Utara
diperintah oleh Kaisar Hsuan Tsung (yang masih kanak-kanak) dengan didampingi
oleh Yuan Shih Kai menyerahkan kekuasaan kepada rakyat Cina (12 Februari 1912).
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Manchu di Cina. Wilayah Cina Selatan dan
Cina Utara berhasil dipersatukan. Yuan Shih Kai yang turut menandatangani
penyerahan kekuasaan dan diberi kekuasaan untuk mengaturnya. Ia pun berambisi
besar untuk menjadi presiden. Demi tetap tegaknya Republik Cina dan untuk
terhindar dari perang saudara, maka Sun Yat Sen mengundurkan diri dari jabatan
presiden (15 Februari 1912) dan menyerahkannya kepada Yuan Shih Kai.
Sun Yat Sen mengundurkan
diri ke Kanton pada bulan Agustus 1912 dan mendirikan Partai Kuo Min Tang
(nasional) dengan asas San Min Chu I. Pada perkembangannya, setelah Yuan Shih
Kai menjadi presiden, ia bertindak diktator seperti kaisar. Pada tahun 1916,
Yuan Shih Kai meninggal sehingga memberi kesempatan Sun Yat Sen kembali
memimpin Cina Selatan. Di Cina Utara kemudian berdiri Partai Kung Chang Tang
(komunis) di bawah pimpinan Li Li-san sebagai tandingan Partai Kuo Min Tang.
Sun Yat Sen bercita-cita untuk menyatukan seluruh Cina, namun sayang sebelum
cita-citanya terwujud dia telah meninggal dunia (1925) dan digantikan oleh
Chiang Kai Shek.
c. Gerakan Nasionalisme
Jepang
Gerakan Nasionalisme Jepang
dimulai setelah Restorasi Meiji. Restorasi yang dijalankan Meiji di antaranya
dalam bidang sosial dengan menghapus sistem feodalisme, mengirimkan para pemuda
dan pelajar keluar negeri, terutama ke negara-negara Barat untuk menimba ilmu
di sana. Di bidang ekonomi, Jepang membangun sarana dan prasarana ekonomi,
seperti membangun industri-industri, jalan-jalan, jaringan transportasi, dan
lain sebagainya.
Bidang militer dengan
meniru sistem militer Jerman dan Prancis. Selain melakukan gerakan modernisasi
sendiri, baik di dalam maupun ke luar, ternyata Jepang mendatangkan
tenaga-tenaga ahli dari Barat untuk membantu pembangunan di Jepang. Karena
Jepang memiliki semangat kerja yang tinggi, ulet, dan terampil, maka ilmu
orang-orang Barat yang datang tadi dengan cepat dapat dikuasai. Selanjutnya Jepang
mengembangkannya sendiri sampai akhirnya menjadi negara imperialis pada Perang
Dunia II.
Keberhasilan bangsa Jepang
mengadakan Restorasi dengan memodernisasi diri dan keberhasilan mengusir bangsa
Barat dari dalam negeri dapat mendorong bangsa-bangsa Asia untuk berbuat
seperti Jepang, khususnya bangsa-bangsa di Asia yang mengalami penjajahan dari
bangsa Barat, seperti Indonesia yang dikuasai oleh Belanda.
d. Gerakan Nasionalisme
Turki
Sebab-sebab timbulnya
nasionalisme Turki adalah sebagai berikut.
1) Kekuasaan Turki
Usmani yang semakin merosot.
2) Adanya pengaruh dari
Revolusi Prancis dengan semboyannya liberte, egalite, dan fraternite.
3) Timbulnya kaum
terpelajar yang berpaham modern sehingga mereka mengetahui apa itu liberalisme,
nasionalisme, dan demokrasi.
4) Kegiatan bangsa
Barat yang semakin gencar untuk merebut daerah-daerah jajahan Turki dan siap
menghancurkan Turki.
Dalam situasi demikian
itulah, akhirnya mendorong timbulnya semangat nasionalisme terutama di kalangan
tokoh-tokoh muda untuk mengadakan pembaharuan di segala bidang. Tokohnya antara
lain, Kemal Pasha, Midhat Pasha, Rasjid Pasha, dan Ali Pasha.
Pada tahun 1906, dibawah
pimpinan Kemal Pasha berdirilah perkumpulan Tanah Air dan Kemerdekaan, dan pada
tahun 1908 tumbuh menjadi Gerakan Turki Muda.
Tujuan Gerakan Turki Muda, yaitu
sebagai berikut.
1) Menyelamatkan Turki dari
keruntuhan total.
2) Menanamkan semangat
nasionalisme di kalangan rakyat.
3) Mengadakan perbaikan
sosial, ekonomi dan budaya.
4) Mengadakan pembaharuan
organisasi pemerintahan.
e. Gerakan Nasionalisme
Filipina
Gerakan nasionalisme di
Filipina meletus dalam bentuk pemberontakan Katipunan terhadap kekuasaan
Spanyol. Gerakan nasionalisme ini didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1) Hadirnya kaum
terpelajar yang berpendidikan Barat.
2) Perlakuan yang
tidak adil.
3) Masuknya
paham-paham baru ke Filipina.
4) Pengaruh
kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905, Revolusi Cina, dan Turki Muda.
Perlawanan dalam menentang
kolonialisme Spanyol di Filipina berlangsung di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh
terkenal, seperti Jose Rizal, Andreas Bonifacio, dan Emilio Aquinaldo. Dalam
hal ini, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap Spanyol melalui organisasi
pergerakan yang dikenal dengan nama Liga Filipina. Strategi perjuangannya
ditempuh dengan cara-cara radikal, tetapi tetap mengutamakan cara persuasif
untuk menyadarkan rakyat dan bangsa Filipina dalam melawan kekuasaan Spanyol.
Akibat gerakan yang dilakukannya, Jose Rizal ditangkap dan kemudian dijatuhi
hukuman mati pada tanggal 30 Desember 1896.
Perlawanan dilanjutkan oleh
Andreas Bonifacio dan Emilio Aquinaldo. Tahun 1897 di bawah pimpinan Andres
Bonifacio dirikan gerakan radikal dengan nama Katipunan Ng Mga Anak ng Bayan,
yang artinya gerakan persatuan anak rakyat. Selanjutnya gerakan tersebut
dipimpin oleh Emilio Aquinaldo yang dikenal sebagai seorang pejuang radikal
dalam meneruskan pemberontakan Katipunan Jose Rizal. Ketika Spanyol dihadapkan
pada perang melawan Amerika Serikat dalam perebutan daerah di sekitar Laut Karibia,
maka Emilio Aquinaldo memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memproklamirkan
kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898.
Setelah memproklamirkan
kemerdekaan Filipina, Emilio Aquinaldo ditangkap oleh Amerika. Dengan demikian,
setelah lepas dari Spanyol Filipina jatuh ke tangan Amerika (1898). Perjuangan
menentang kolonialisme di Filipina terus dikobarkan dan pada tahun 1919
Filipina menuntut kemerdekaan penuh, tetapi ditolak oleh Amerika dengan alasan
Filipina belum saatnya untuk merdeka. Amerika hanya memberikan status Commonwealth
kepada bangsa Filipina pada tahun 1943. Sepuluh tahun kemudian, Filipina diberi
kemerdekaan oleh Amerika dengan hari yang sama dengan hari kemerdekaan Amerika,
yaitu tanggal 4 Juli 1946.
Latarbelakang Lahirnya Nasionalisme
Indonesia
Indonesia telah dijajah oleh
bangsa Barat sejak abad XVII, namun kesadaran nasional sebagai sebuah bangsa
baru muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul sebagai akibat dari sistem
pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena, melalui
pendidikanlah muncul kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor
penggerak nasionalisme Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa
Indonesia di dalam membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme
Barat memasuki babak baru. Inilah yang kemudian dikenal dengan periode
pergerakan nasional. Perjuangan tidak lagi dilakukan dengan perlawanan
bersenjata tetapi dengan menggunakan organisasi modern.
Ide-ide yang muncul pada masa
pergerakan nasional hanya terbatas pada para bangsawan terdidik saja. Selain
merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi juga karena hanya
kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah kolonial.
Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi
dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional sebagaimana perlawanan
rakyat sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi modern bagi perjuangan
kebangsaan.
Ada beberapa faktor yang
menyebabkan lahirnya nasionalisme Indonesia. Secara umum bisa dikelompokkan
menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dari dalam
antara lain sebagai berikut.
a. Seluruh Nusantara telah
menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan
kolonial Belanda. Ironisnya adalah eksploitasi Barat itu justru mampu
menyatukan rakyat menjadi senasib sependeritaan.
b. Munculnya kelompok intelektual
sebagai dampak sistem pendidikan Barat. Kelompok inilah yang mampu mempelajari
beragam konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan dalam melawan
kolonialisme Barat.
c. Beberapa tokoh pergerakan
mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa lalu (Sriwijaya, Majapahit, dan
Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan meningkatkan rasa percaya
diri rakyat di dalam berjuang menghadapi kolonialisme Barat.
Kondisi itulah yang mampu memompa
harga diri bangsa untuk bersatu, bebas, dan merdeka dari penjajahan. Meskipun
begitu, harus diakui bahwa munculnya kesadaran berbangsa itu juga merupakan
dampak tidak langsung dari perluasan kolonialisme. Oleh karena itu, para
mahasiswa yang menjadi penggerak utama nasionalisme Indonesia bisa disebut
sebagai tokoh penggerak dari masyarakat.
Sedang faktor yang berasal dari
luar negeri antara lain kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905
yang mampu mengangkat rasa percaya diri bahwa bangsa berwarna bisa mengalahkan
bangsa kulit putih, lahirnya nasionalisme di kawasan Asia dan Afrika yang
berhasil membentuk negara-negara baru, serta beberapa prinsip dari Woodrow Wilson
yang termuat dalam Wilson 14 points.
Semua nilai-nilai yang berasal dari luar itu berhasil diserap oleh para tokoh
pelajar intelektual kita yang sedang belajar di luar negeri.
Nasionalisme Indonesia muncul
sebagai reaksi dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang ditimbulkan oleh
adanya kolonialisme. Oleh karena itu, gerakan nasionalisme pada awal abad XX
tidak bisa dipisahkan dari praktik kolonialisme sebab keduanya merupakan
hubungan sebab akibat. Hanya saja, pada tahap awal nasionalisme berkembang pada
tingkat elite yaitu kelompok bangsawan terpelajar.
Merekalah yang mula-mula memiliki
kesadaran adanya diskriminasi kehidupan bangsa dan berusaha mencarikan
jawabannya. Bentuk gerakannya memiliki corak yang beragam mulai dari yang
bersifat etnis, kultural, hingga nasional. Itulah latar belakang munculnya
nasionalisme Indonesia. Meskipun banyak mengadopsi nilai dan pengertian dari
luar, tetapi nasionalisme Indonesia tetap memiliki spesifikasi tersendiri.
Bisakah kamu menunjukkan perbedaan nasionalisme Indonesia dengan nasionalisme
yang ada di negara lain?
PEGERAKAN NASIONAL
A.
FAKTOR-FAKTOR PENDORONG MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1. Faktor Intern (dari dalam)
a.
Penderitaan rakyat selama penjajahan Belanda
b. Adanya
deskriminasi rasial
c. Adanya
Politik Etis
2. Faktor Extern (dari luar)
a. Pengaruh faham-faham baru dari Eropa, seperti : Liberalisme,
Demokrasi dan Nasionalisme
b. Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904 – 1905), mengangkat
harkat dan martabat bangsa-bangsa Asia.
c. Pengaruh pergerakan nasional negara-negara Asia-Afrika lainnya,
seperti : Turki, Mesir, India, Cina dan Filipina.
B.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Budi Utomo
Berdirinya Budi Utomo
diawali dari upaya dr. Wahidin Sudirohusodo berkeliling Jawa untuk
membentuk Studie Fonds (Dana Belajar) untuk memberikan beasiswa
bagi siswa yang tidak mampu, namun berpotensi. Pada kahir 1907, dr. Wahidin
bertemu pemuda Sutomo, pelajar STOVIA di Jakarta. Karena adanya kesamaan
pemikiran antara kedua tokoh tersebut, maka pada hari Rabu, 20 Mei 1908, di
Gedung STOVIA (Gedung Kebangkitan Nasional sekarang) dibentuklah organisasi
modern pertama yang diberi nama Budi Utomo. Sebagai ketua pertamanya
terpilih dr. Soetomo.
Pada
mulanya tujuan Budi Utomo tertulis secara samar-samar yaitu “Kemajuan bagi
Hindia”. Sedangkan jangkauan geraknya hanya terbatas pada Jawa dan Madura.
Dalam waktu 6 bulan, Mei sampai dengan Oktober 1908, cabang Budi Utomo sudah
berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan
Probolinggo.
Pada
bulan Oktober 1908, diadakan kongres Budi Utomo yang pertama di Yogyakarta,
yang menghasilkan kepustusan-keputusan sebagai berikut :
a. Budi
Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
b. Kegiatan
Budi Utomo ditujukan kepada bidang pendidikan dan kebudayaan
c. Ruang
gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
Kongres
tersebut juga memutsukan susunan pengurus besar Budi Utomo. Bu[ati Karanga
Anyar, R.T. Tirtokusumo, dipilih sebagai ketuanya. Pusat organisasi
ditetapkan di Yogyakarta. Dalam perkembangannya, Budi Utomo kurang
diminati oleh golongan muda. Hal ini disebabkan :
a. Budi
Utomo lebih memetingkan golongan priyayi.
b. Budi
Utomo lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada reaksi rakyat
pribumi.
c. Budi
Utomo lebih mengutamakan pemakaian Bahasa Belanda daripada Bahasa Indonesia
d. Budi
Utomo tidak berpolitik
Walaupun
demikian, sampai akhir tahun 1909, Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan
jumlah anggota kurang lebih 10.000 orang. Pada tahun 1914, saat Perang Dunia I
meletus, Budi Utomo yang pamornya sudah menurun, mengusulkan perlunya wajib
militer bagi penduduk bumi putera (Indie Weerbaar). Gagasan ini
ditolak Belanda, sebagai gantinya parlemen Belanda membentuk Volksraad
(Dewan Rakyat), Desember 1916.
Serikat Islam
Pada
mulanya, pada tahun 1911, Haji Samanhudi mendirikan Serikat Dagang
Islam (SDI) di Solo, dengan tujuan untuk membela kepentingan
pedagang-pedagang Indonesia dari ancaman pedagang Cina. Dengan masuknya Umar
said Cokroaminoto, SDI diubah namanya menjadi Serikat Islam (SI), agar
anggotanya tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Adapun tujuan dari
Serikat Islam adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan
jiwa dagang
b. membantu
para anggotanya yang mempunyai kesulitan dalam usahanya
c. memajukan
pengajaran
d. memprbaiki
pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.
Dalam
waktu yang relatif singkat Serikat Islam mendapatkan simpati dan jumlah anggota
yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh :
a. Serikat
Islam terbuka bagi semua golongan
b. Serikat
Islam berpolitik untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan
c. Serikat
Islam membela kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena penjajahan
d. Serikat
Islam dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dihormati, seperti alim ulama dan
kiai-kiai
e. Agama
Islam dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia.
Melihat
adanya tanda-tanda semangat revolusioner dalam tubuh Serikat Islam, Gubernur
Jendral Idenberg menaruh sikap waspada. Pada bulan Agustus 1912, untuk
sementara waktu kegiatan Serikat Islam diskors. Pada kongres Serikat Islam
pertama di Surabaya, Januari 1913, ditegaskan bahwa Serikat Islam bukan partai
politik. Hal ini dimaksudkan untuk tidak melawan pemerintah Hindia Belanda.
Pada kongres tersebut juga diputuskan bahwa Haji Umar Said Cokroaminoto,
sebagai ketua SI dan Surabaya sebagai pusat kegiatan SI.
Pada
tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Serikat Islam (CSI) dengan tugas
mengatur kerjasama antar SI daerah. Sementara itu ISDV (Indische Social
Democratische Vereniging) yang berhaluan komunis yang didirikan oleh H.J.F.M.
Sneevliet meakukan penyusupan (infiltrasi) ke dalam tubuh SI. ISDV berhasil
mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI, seperti : Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan
Alimin Prawirodirjo melalui SI cabang Semarang. Dalam perkembangannya terjadi
pertentangan antara kelompok SI Putih dan SI Merah yang berhaluan komunis. Oleh
karena itu pada konggres SI, Oktober 1921 diputuskan diberlakukannya disiplin
partai. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi “Sarekat Rakyat”.
Indische Partij
Indische
Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai,
yaitu :
1. E.F.E.
Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi.
2. Suwardi
Suryaningrat
3. dr.
Cipto Mangunkusumo
Tujuan
didirikannya Indische Partij ini adalah untuk mempersatukan semua Indiers
sebagai persiapan menuju kehidupan bangsa yang merdeka. Yang dimaksud
dengan Indiers adalah semua orang yang lahir di Indonesia dan
mengaku bertanah air Indonesia, baik orang Indo-Belanda, Cina, Arab maupun
pribumi asli. Cita-cita Indische Partij ini disebarluaskan melalui surat kabar “De
Express”.
Karena
sikap dan programnya yang tegas dan bercita-cita “Hindia Merdeka” untuk
pertamakalinya, maka surat permohonan untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan
hukum ditolak pemerintah Hindia Belanda. Sikap kritis Indische Partij ini juga
tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara dalam surat kabar De
Express yang berjudul Als ik en Nederlanders Was (Seandainya Aku
Seorang Belanda). Artikel tersebut berisi sindiran terhadap pemerintah Hidia
Belanda yang mengajak bangsa Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan
Belanda yang ke-seratus.
Karena
kegiatan-kegiatan IP dianggap merugikan pemerintah, maka pada bulan Agustus
1913, pemerintah Belanda menangkap ketiga pemimpin IP tersebut diatas. Merka
kemudian mendapatkan hukuman buang. Mereka sendiri memilih Belanda sebagai
tempat pembuangannya. Dengan dibuangnya ketiga tokoh IP tersebut, maka kegiatan
IP semakin menurun. Oleh karena itulah IP kemudian berganti nama menjadi partai
Insulinde. Pada tahun 1919, Insulinde berganti nama lagi menjadi Nasional
Indische Partij (NIP).
C. MASA RADIKAL
Pada
masa radikal ini organisasi-organisasi pergerakan nasional melakukan taktik
perjuangan non-kooperatif, yaitu tidak mau bekerja sama dengan
pemerintah kolonial Hindia Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang
melakukan taktik non-kooperatif tersebut adalah : Sarekat Islam, Perhimpunan
Indonesia (PI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Semangat radikal muncul di kalangan partai-partai politik di Indonesia
dan di negeri Belanda disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Setelah
perang Dunia I, perasaan anti penjajahan di Asia-Afrika semakin menonjol
b. Adanya
pernyataan Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson, tentang hak untuk
menentukan nasib sendiri
c. Adanya
krisis ekonomi dunia pada tahun 1921
d. Sikap
Gubernur Jendral Fock yang sangat reaksioner dan mengabaikan kekuatan
yang sedang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan
Indonesia didirikan pada tahun 1908 di Den Haag, Belanda. Pada mulanya bernama
Indische Veereniging (IV). Pendirinya adalah orang-orang Indonesia yang berada
di Belanda, antara lain Sultan Kasayangan dan R.M. Noto Suroto. Pada mulanya
organisasi ini hanya berupa organisasi sosial untuk mengurus kepentingan
bersama orang-orang Indonesia di perantauan. Unsur-unsur politik mulai tampak
dengan diterbitkannya majalah Hindia Putra pada bulan Maret 1916. Organisasi
ini semakin berkembang dengan kedatangan tokoh-tokoh tiga serangkai pendiri
Indische Partij yang sedang menjalani hukuman buang di negeri Belanda.
Setelah
Perang Dunia I, semangat nasionalisme semakin kuat, pada tahun 1922 Indische
Veereniging berganti nama menjadi Indonesische Veereniging. Pada tahun 1923
majalah Hindia Putra berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Pada tahun 1925
Indonesische Veereniging berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Aktifitas politik PI ini semakin meningkat sejak bergabungnya Ahmad Subarjo dan
Mohammad Hatta ke dalam tubuh PI. Bahkan kemudian PI menegaskan bahwa tujuan PI
adalah Indonesia Merdeka yang akan dicapai melalui aksi bersama dan serentak
oleh masyarakat Indonesia.
Untuk
mendapatkan dukungan internasional, maka PI ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan
organisasi internasional menentang penjajahan, seperti :
a. Liga
Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial
b. Liga
Demokrasi Internasional
c. Kongres
Wanita Internasional
d. Mengadakan
hubungan dengan Komunisme Internasional (Komintern).
Pada
tahun 1920-an pengaruh PI di tanah air semakin luas. Beberapa organisasi lahir
di tanah air karena mendapat pengaruh dari PI, seperti : PPPI, PNI, dan Jong
Indonesia. Pada tahun 1927 diadakan penggeledahan terhadap pemimpin-pemimpin
PI. Empat tokoh PI, yaitu : Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali
Sastroamijoyo, dan Abdul Majid Joyoadiningrat ditangkap pemerintah
kolonial Hindia Belanda. Mereka dituduh akan melakukan pemberontakan dan
pemerintah kolonial menduga ada hubungan antara pemberontakan PKI, 1926 dengan
PI.
Partai Nasional Indonesia
Partai
Nasional Indonesia berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung. Banyak
anggota PNI adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang kembali ke tanah
air. Ir. Sukarno terpilih sebagai ketua PNI. Sedangkan tujuan PNI adalah
“Indonesia Merdeka”. Tujuan tersebut akan dicapai dengan azas “percaya pada
diri sendiri”, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial budaya
yang rusak karena penjajahan dengan kekuatan sendiri. Idiologi PNI adalah Marhaenisme
yang dicetuskan oleh Ir. Sukarno dengan tujuan untuk menggalang persatuan dari
aliran-aliran politik yang ada di Indonesia, yaitu : Nasionalis, Islam dan
Marxis.
Pemimpin-pemimpin
PNI seperti : Mr. Sartono, Mr. Suyudi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, dr. Syamsi,
Mr. Budyarto, Mr. Ali Sastroamijoyo dan khususnya Ir. Sukarno
berhasil menggerakkan rakyat Indonesia sehingga pengaruh PNI semakin luas.
Dengan aksi persatuannya, PNI berhasil membentuk Permufakatan
Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada tanggal
18 Desember 1927 di Bandung. PPPKI beranggotakan PNI, SI, Budi Utomo, Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club dan Algemene Studie
Club.
Adanya
isu bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, dijadikan alasan oleh pemerintah
kolonial untuk mengadakan penggeledahan dan penangkapan. Sehingga pada bulan
Desember 1929, empat tokoh PNI ditangkap. Mereka adalah Ir. Sukarno, R.
Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadireja dan Supriadinata. Dalam pengadilan
mereka di Sukamiskin, Bandung, Ir. Sukarno membacakan pidato pembelaannya
berjudul “Indonesia Menggugat”. Tokoh-tokoh PNI tersebut akhirnya dijatuhi
hukuman penjara.
Gerakan
wanita
Pelopor gerakan wanita Indonesia
adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Aryo Sosroningrat. Beliau lahir 21
April 1897 yang karena jasanya kemudian kelahirannya diperingati sebagai Hari
Kartini. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui
pendidikan dan pengajaran.
Selain Kartini, di Jawa Barat muncul
tokoh wanita bernama Dewi Sartika yang juga hendak meningkatkan derajat kaum
wanita. Perjuangan R.A. Kartini dan Dewi Sartika inilah yang kemudian
mengilhami lahirnya organisasi-organisasi wanita di Indonesia, seperti berikut.
E. Manifesto Politik Pergerakan Nasional Indonesia
1. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai ini didirikan oleh dr. Sutomo
tahun 1935. Parindra adalah partai peleburan antara Budi Utomo dan PBI. Tujuan
Parindra adalah mencapai Indonesia Raya yang mulia dan sempurna. Karena
bersifat kooperatif, maka Parindra mempunyai wakil-wakil di Dewan Perwakilan
Rakyat (Volksraad). Tokoh Parindra yang duduk di Volksraad ialah Moh. Husni
Tamrin, R. Sukardjo Pranoto, R.P. Suroso, Wiryoningrat, dan Mr. Susanto
Tirtoprodjo.
2. Gerakan Rakyat Indonesia
Gerindo berdiri di Jakarta pada
tanggal 24 Mei 1937 sebagai akibat bubarnya Partindo. Adapun yang menjabat
sebagai ketuanya adalah Adnan Kapau Ghani (A. K. Ghani). Adapun anggota Gerindo
di antaranya adalah anggota-anggota Partindo, yaitu Mr. Moh Yamin, Mr. Amir
Syarifudin, Mr. Sartono, S. Mangunsarkoro, Mr.Wilopo, dan Nyonopranoto. Tujuan
Gerindo adalah tercapainya Indonesia merdeka. Sikap Gerindo, yaitu kooperatif.
1.
Transformasi Etnik, Terbentuk dan berkembangnya Identitas
Kebangsaan Indonesia
a. Tranformasi etnik
Perjuangan oleh banyak etnik terhadap
belnda dimanfaatkan oleh belanda dengan memecah belah, tetapi setelah
masyarakat sadar akan persatuan, dan dimullai pergerakan nasional, maka rakyat
indonesia bersatu baik rajyat di daerah maupun keturunan china bersatu melawan
belanda.
b.
Gerakan Masyarakat Indonesia keturunan China
Munculnya gerakan nasionalisme di
china, maka menyerukan semangat para orang China, dan membantu orang- orang
pribumi melawan belanda.
c.
Gerakan Masyarakat Indonesia Keturunan Belanda
Gerakan ini dilakukan oleh keturuna Indo
yang orang tuanya kawin dengan orang pribumi, orang keturunan ini biasanya
telah mendapt pendidikan yang lebih baik dibanding pribumi, sehingga peranannya
pun juga besar dalaam pergerakan nasional.
2.
Pergerakan bersifat kedaerahan
a.
Gerakan melawan pemerasan yang
dilakukan oleh orang- orang pribumi kepada kolonial yang terjadi di daerah atau
di tanah partikelir (swasta).
b.
Gerakan Ratu Adil yaitu yang didasari
oleh kepercayaan masyarakat akan datngnya juru selamat. Tahun 1903
pemberontakan pertama dilakukan di Sidoarjo dan tahun 1907 terjadi di Kediri
c.
Pergerakn bersifat keagamaan antara
lain di Banten Utara yang dilakukan oleh Tarekat Naqsabadiyah dan Qodariyah.
3.
Pembentukan Identitas Nasional dan Terbentuknya
Nasionalisme Indonesia
a. Istilah Indonesia
1)
J.R Logan mempergunakan istilah
Indonesia untuk menyebut Kepulauan nuasantara, dan penduduk nusantara.
2)
Earl G Windsor, pada tahun 1850
menyebut INDONESIA pada media milik J.R Logan, dan menyatakkan indonesia
sebagai negara yang besar dan paling
berpotensi di Asia Tenggara.
3)
Tokoh- tokoh lain yang menyebut
Indonesia yaitu Adolf Bastian( 1884), Van Volenhoven, Snouck Hurgronnje, Kern,
dan lain- lain.
Pada tanggal 28 oktober 1928 terjadi sumpah pemuda, dan
dari sanalah kata Indonesia dipakai untuk pertama kali sebagai identitas
nasional, dan nnegara.
Tentara
jepang berhasil memenangkan pertempuran di Pasifik melawan tentara sekutu.
Kemudian, mereka terus bergerak ke selatan memasuki wilayah Asia Tenggara,
tidak terkekecuali Indonesia. Asia untuk Asia; itulah yang ada dibenak mereka
0 komentar:
Posting Komentar