Paham-Paham Baru dan Kesadaran kebangsaan di Asia Afrika dan timbulnya nasionalisme

Minggu, 26 Mei 2013

| | |


Perkembangan pelaksanaan kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan bangsa-bangsa Barat ternyata tidak hanya diterapkan di Indonesia saja, melainkan di negara-negara Asia-Afrika lainnya. Kolonia-lisme dan imperialisme akhirnya menimbulkan reaksi bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk melakukan perlawanan. Inspirasi perlawanan tersebut muncul seiring dengan masuknya paham-paham baru dari Eropa, seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, komunisme, serta paham pan Islamisme yang muncul dari cendekiawan muslim Asia-Afrika.
Pada materi ini,  Anda akan mempelajari definisi dan perkembangan paham-paham baru yang berkembang di Eropa pada abad ke-19 serta dampaknya terhadap kesadaran pergerakan kebangsaan di Indonesia. Untuk lebih jelasnya, marilah kita pelajari materi berikut.
Ringkasan Materi
A.     Perkembangan Paham-Paham Baru
1.      Nasionalisme
Paham nasionalisme berkembang dari Eropa dan sejak abad ke-19 menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Nasionalisme diartikan sebagai suatu sikap politik dan sosial dari kelompok suatu bangsa yang memiliki kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah serta persamaan cita-cita dan tujuan. Dengan demikian, kelompok tersebut merasakan adanya kesatuan mendalam terhadap kelompok bangsa itu.
 Negara-negara pemula penganut paham nasionalisme adalah Inggris, Jerman, dan Italia. Tokoh-tokoh Asia yang menjadi pelopor paham Nasionalisme antara lain adalah Soekarno dari Indonesia, Jawaharlal Nehru dari India, Dr. Sun Yat Sen dari Cina, dan lain-lain.
2.      Liberalisme
Liberalisme merupakan paham yang mengutamakan kemerdekaan, terutama kemerdekaan individu. Paham ini berkembang sangat pesat di kota-kota besar Eropa. Pendukungnya adalah kaum Borjuis dan kaum terpelajar kota. Aliran liberalisme tidak memiliki ikatan yang kuat. Peranan kaum Borjuis semakin besar setelah industri dan perdagangannya menjadi mata pencaharian penting.
3.      Planislamisme
Pan Islamisme adalah suatu paham yang bertujuan untuk mempersatukan umat Islam sedunia. Paham ini dalam bahasa Arabnya disebut dengan Al Jami’ah al Islamiyah yang dicetuskan oleh seorang Afghanistan bernama Jamaluddin al Afgani (1839–1897). Namun, ada yang berpendapat bahwa paham ini telah ada pada diri tokoh perubahan dari Mesir bernama Al-Tahtawi (1801 – 1873). Jamaluddin al Afghani menyaksikan bagaimana bangsa Barat terutama Inggris ikut campur dalam urusan negara-negara Islam. Oleh karena itu, beliau mengajak kaum muslim untuk kembali pada Alquran dan Hadits, juga menyerukan untuk berjuang melawan imperialisme Barat untuk merebut kemerdekaan bangsa dan tanah air.

PERGERAKAN ASIA AFRIKA
Di kawasan Asia, kesadaran nasional baru bangkit sekitar permulaan abad ke-20 untuk melepaskan cengkeraman dari kekuasaan Barat.Misalnya, gerakan nasional India yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi,gerakan nasional Cina yang dipelopori oleh Sun Yat Sen, gerakan nasional Turki yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha.
1.     INDIA
Mahatma Gandhi mengajarkan beberapa hal.
1. Swadesi, yaitu gerakan rakyat India untuk membuat dan memakai bahan buatan dalam
negeri sendiri.
2. Ahimsa, artinya melawan tanpa kekerasan (dilarang membunuh) artinya tidak berbuat
apa-apa.
3. Satyagraha, artinya gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan penjajah
(Inggris) sehingga disebut gerakan nonkooperatif.
4. Hartal, artinya berkabung karena ada kejadian yang menyedihkan. Berkabung sebagai
tanda protes (mogok).
5. Purnaswaray, yaitu merdeka penuh.
Hasil perjuangan rakyat India ialah pada tanggal 15 Agustus 1947 rakyat mendapatkan status dominion dan berhak mengatur urusan dalam negerinya sendiri. Pada tanggal 26 Januari 1950, negara India mendapat kemerdekaan penuh dengan Nehru sebagai perdana menterinya.
 
2. CHINA
Sun Yat Sen, pelopor gerakan nasional Cina, mengajarkan Sun Min Chu I (tiga asas kerakyatan), yaitu Min Chu (nasionalisme), Min Chuan (demokrasi), dan Min Shen (sosialisme). Gerakan nasional Cina berhasil mengusir Inggris serta melahirkan Republik Cina (1912).
 
3. TURKI
Gerakan nasional Turki dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha. Sebelumnya, terjadi Gerakan Turki Muda yang bertujuan untuk menyelamatkan Turki dari keruntuhan, mengembangkan rasa nasionalisme, dan membulatkan semangat kebangsaan Turki.
Adapun Gerakan Turki Muda meliputi hal-hal berikut.
1. Modernisasi Turki, yaitu membangun Turki secara modern.
2. Nasionalisme berarti menebalkan rasa kebangsaan Turki sehingga rakyat berjuang
mempertahankan Turki dari rongrongan penjajahan.
3. Demokrasi berarti membentuk pemerintahan atas dasar kedaulatan rakyat dengan
UUD, sebab keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan memperkukuh negara.
Selanjutnya, Kemal Pasha mengambil tindakan, antara lain,
1. memproklamasikan Turki menjadi republik pertama dengan Mustafa Kemal Pasha
sebagai presidennya pada tanggal 29 Oktober 1923;
2. melaksanakan pemerintahan modern, yakni pengesahan UUD, kota Ankara sebagai ibu
kota, modernisasi agama, dipakainya huruf Latin;
3. modernisasi ekonomi dengan cara mengadakan rencana pembangunan lima tahun;
4. modernisasi pertahanan dan persenjataan modern.

B.     Hubungan Kehidupan Perkotaan dengan Munculnya pergerakan kebangsaan Indonesia
Kota memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan selalu menjadi tujuan masyarakat dari berbagai daerah. Kehidupan dan mentalitas masyarakat kota, biasanya mencari dan menemukan identitas baru, pluralistis (suku, agama, profesi), modern (relative maju dan toleran). Oleh karena itu, kota menjadi tempat yang sangat strategis dalam upaya memunculkan dan mengembangkan pergerakan nasional Indonesia. Dari kota-kota tersebut muncullah golongan-golongan elite baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia, seperti golongan terpelajar, golongan profesional, dan golongan pers.
1.      Golongan Terpelajar
Golongan terpelajar termasuk ke dalam kelompok elite minoritas dari bangsa Indonesia, tetapi kedudukan dan peranannya sangat besar dalam lingkungan masyarakat. Dikatakan minoritas karena di dalam susunan masyarakat jumlahnya relatif kecil apabila dibandingkan dengan kelompok-kelompok di bawahnya. Golongan ini muncul pada kota, khususnya kota-kota besar yang dijadikan pusat dan tempat untuk mengadu nasib, juga merupakan tempat bertemunya ide-ide para pelajar, mahasiswa, sarjana dan pemuda lain dari berbagai daerah dengan adat istiadat yang berbeda-beda.
Para pemuda pelajar mulai menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menghadapi penjajah Belanda. Mereka juga melihat pentingnya perluasan pengajaran bagi kemajuan bangsa seperti yang ditegaskan oleh para pelajar STOVIA di Batavia. Begitu pula di dalam menghadapi kaum kapitalis asing, tidak ada jalan yang lebih baik kecuali jika para pedagang pribumi bersatu seperti yang dinyatakan oleh pendiri Sarekat Islam, yaitu Haji Samanhudi.
2.        Golongan Profesional
Golongan profesional lebih banyak muncul dan mengembangkan profesinya pada daerah perkotaan. Pada masa kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda, golongan profesional ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di daerah perkotaan. Golongan profesional terdiri atas berbagai profesi seperti profesi guru, dokter, dan sebagainya.
3.      Peranan Pers Indonesia
Pada abad ke-19, pers masuk ke wilayah Indonesia dan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Wujud perkembangan pers itu dalam bentuk surat kabar ataupun majalah. Munculnya surat kabar dimodali oleh orang-orang Cina dengan menggunakan bahasa Melayu. Derngan demikian, surat kabar yang diterbitkan secara tidak langsung ikut serta di dalam mempopulerkan penggunaan bahasa Melayu. Surat kabar juga memuat isu-isu politik yang sedang berkembang, sehingga secara tidak langsung telah banyak memberikan pendidikan politik pada masyarakat Indonesia. Surat kabar berbahasa Melayu berkembang sejak awal abad ke-20, antara lain sebagai berikut.
a.       Sumatra: Sinar Soematra, Tjahaja Soematra, Pemberita Atjeh, Pertja Barat.
b.      Jawa: Bromantani, Pewarta Soerabaja, Kabar Perniagaan, Pemberitaan Betawi, Pewarta Hindia, Bintang Pagi, Sinar Djawa, Hampaet, Melayu, Poetera Hindia.
c.       Kalimantan: Pewarta Borneo.
d.      Sulawesi: Pewarta Manado.
Surat kabar mempunyai fungsi sosial dasar, yaitu memperluas pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat membentuk opini umum. Akan tetapi, ruang gerak persuratkabaran pada zaman kolonial Belanda dibatasi dan dikontrol ketat. Selain surat kabar yang membawa suara nasionalisme, terbit surat kabar yang merupakan pembawa suara pemerintah kolonial Hindia Belanda, seperti  Pantjaran Warta dan Bentara Hindia di Jakarta, Sinar Matahari di Makassar, dan Medan Priyayi di Bandung.
       PENDALAMAMAN TENTANG HUBUNGAN PERKOTAAN
Hubungan Kehidupan Perkotaan dengan Muncul dan Berkembangnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Kota pada zaman sebelum kemerdekaan dulu merupakan pusat pemerintahan, perdagangan , pendidikan dan kegiatan negara yang lai8n. Namun, luas kota dahulu tidak seluas kota seperti sekaranag. Akan tetapi pola pemukiman bersifat pluralitas. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu di kota banyak penduduk yang berdatangan dari berbagai daerah dan dari luar negeri yang masing-masing mempunyai pola kebudayaan yang berbeda-beda.
Latar Belakang Pergerakan Nasional
A.      Perkembangan Pengajaran
Berlatar belakang perkembangan ekonomi dan administrasi, timbullah kebutuhan akan tenaga yang ahli. Sehingga pemerintah Kolonial mendirikan sekolah yang mula-mula terbatas pada tingkat rendah.
Perkembangan pengajran dengan system sekolah yang mau tak mau disesuaikan dengan sifat dualistis masyarakat Indonesia. Namun, hanya keluarga elit pribumi yang dapat bersekolah sampai jenjang tinggi. Dengan demikian muncullah para kaum elit pribumu yang terpelajar yang akan mendorong persatuan bangsa.
Program pendidikan mengandung hal-hal, yaitu:
Prinsip gradualisme, yaitu prinsip pengajaran yang berangsur, lambat, dan bertahap
Sistem dualisme, yaitu mendiskriminasikan pendidikan anak Belanda unruk bumi putera
Pendidikan bertujuan menghasilkan pegawau administrasi Belanda
Tidak ada pendidikan yang sistematis untuk orang bumi putera
Jenjang Pendidikan yang Didirikan oleh Belanda:
a. SD, contohnya HIS
b. SLTP, contohnya MULO
c. SLTA, contohnyaAMS
d. Pendidikan Tinggi, contohnya STOVIA
B. Golongan-Golongan Sosial Masyarakat
o Elit Agama
§ Umumnya kaum ini adalah pemeluk agama Islam baik yang tinggal di kota atau di desa yang mempunyai pengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat
o Orang Kecil
 Umumnya disebut sebagai wong cilik yang merupakan bagian dari golongan masyarakat yang rendah yang lazim tinggal di pedesaan.
§
o Golongan Belanda
§ Merupakan golongan penguasa yang sangat tidak kenal terhadap rakyat pribumi dan hanya tertentu saja. Umumnya golongan inilah yang menjadi penguasa pada zaman itu.
C. Kondisi Ekonomi
Di zaman itu munculnya industri Belanda Menjadi saingan industri kecil rakyat Indonesia. Karena industri Belanda sudah modern, maka hal itu menyebabkan kebangkrutan bagi industri rakyat Indonesia. Sehingga rakyat Indonesia tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara maksimal.
D. Kondisi Politik
Belanda yang telah menguasai Indonesia menjadikan dirinya sebagai penguasa yang mutlak. Sehingga rakyat Indonesia tidak ada tempat untuk mengadukan nasib. Sejak saat itulah Indonesia menjadi bawahan Belanda.

Usaha Membentuk Pergerakan Nasional
Hingga abad ke-19 Indonesia belum meraih kemerdekaan, sehingga pada awal abad ke-19 muncullah pergerakan nasional. Faktor yang menyebabkan Indonesia belum bisa meraih kemerdekaan yaitu :
Perlawanan masih bersifat kedaerahan
Perlawan bersifat tidak serentak
Masih tergantung pemimpin
Kalah dalam persenjataan
Taktik Belanda devide at impera yang tak terkalahkan

Ciri-ciri pergerakan nasional yang dibentuk yaitu :
Pergerakan bersifat nasional
Tidak terpusat pada pemimpin
Sistem pergerakan organisasi bersifat modern
Pergerakan didirikan oleh kaum terpelajar
Bentuk perjuangan dibidang sosial, ekonomi, pendidikan

Faktor-faktor yang Mendorong Pergerakan Nasional,yaitu:
A. Faktor Internal
Penderitaan rakyat yang berkepanjangan akibat adanya culturstelsel
Lahirnya golongan cendekiawan
Kenangan kejayaan Majapahit dan Sriwijaya
B. Faktor Eksternal

 Masuknya gagasan nasionalisme modern.
i
 Pengaruh pergerakan nasional dan modernisasi di berbagai negara di Asia seperti Turki, Cina dan India.
i
 Restorasi Meiji di Jepang dan kemenangannya atas Rusia.
i
 Gerakan pembaharuan Islam.
i

C.      Perkembangan Pergerakan Kebangsaan di Indonesia dan Kawasan lain di Asia Tenggara pada Paruh Pertama Abad ke-20
1.       Pembentukan Identitas Nasional dan Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
a.       Identitas Nasional (Kebangsaan)
Sejak J.R. Logan menggunakan kata “Indonesia” untuk menyebut penduduk dan wilayah Nusantara (1850), maka istilah “Indonesia” mulai dikenal. Beberapa tokoh penulis Indonesia tidak lagi menggunakan istilah “Hindia Belanda”, melainkan menggunakan istilah “Indonesia”.
Dalam perkembangannya istilah Indonesia selanjutnya dijadikan sebagai nama organisasi para mahasiswa di Negeri Belanda, yaitu Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Di samping itu, istilah “Indonesia” menjadi populer dan diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia saat ditetapkannya “Sumpah Pemuda”. Dengan Sumpah Pemuda, kata Indonesia telah dijadikan identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku bangsa di wilayah Indonesia. Selanjutnya, kata “Indonesia” dibukukan kembali melalui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945).
a.       Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
Kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia dapat menimbulkan terbentuknya nasionalisme Indonesia. Ada beberapa faktor terjadinya nasionalisme di Indonesia, seperti berikut.
1)     Perkembangan Pendidikan
      Sejak adanya Politik Etis, edukasi atau pendidikan diberikan untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, di samping itu masyarakat Indonesia yang diberi kesempatan untuk belajar ke negeri Belanda. Di Indonesia juga didirikan lembaga tinggi pendidikan bagi para pribumi, seperti Sekolah Tinggi Kedokteran (STOVIA), Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, dan Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta. Sekolah-sekolah tersebut melahirkan sarjana-sarjana yang menjadi motor penggerak dari pergerakan nasional Indonesia.
2)     Diskriminasi
      Diskriminasi ini dilaksanakan untuk membedakan antara penguasa dan yang dikuasai. Diskriminasi menimbulkan perbedaan mencolok yang tampak dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya.
      Ciri khas masyarakat colonial pada dasarnya terdapat hubungan yang tidak seimbang antara penjajah dan yang terjajah. Ada lima ciri utama yang menjadi dasar hubungan kolonial sebagai berikut.
      a)    Perbedaan warna kulit.
      b)    Kedudukan politik penduduk yang terjajah.
      c)    Ketergantungan ekonomi.
      d)    Rendahnya kesejahteraan social penduduk.
      e)    Kurangnya kontak sosial antara penguasa dan yang dikuasai.

2.      Perkembangan Nasionalisme di Indonesia dengan Perkembangan Nasionalisme di  Asia Tenggara pada Paruh Pertama Abad Ke-20
Terbentuknya nasionalisme kebangsaan di Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan paham-paham baru dari luar wilayah Indonesia. Paham-paham baru yang berkembang di luar wilayah Indonesia pada masa itu seperti paham nasionalisme. Paham nasionalisme ini muncul di beberapa negara di wilayah Asia maupun Afrika, seperti India, Cina, Jepang, Mesir, dan lain sebagainya.
a.       Gerakan Nasionalisme di India
Nasionalisme India ditujukan pada bangsa Inggris. Sebab-sebab timbulnya nasionalisme India adalah sebagai berikut.
1)     Perbaikan nasib rakyat oleh pemerintah Inggris setelah pemberontakan Sepoy tidak kunjung datang, sehingga rakyat India-lah yang harus bergerak sendiri.
2)     Hanya orang-orang Inggris-lah yang duduk di pemerintahan, sedangkan orang-orang India tidak diperkenankan ikut serta.
3)     Kebudayaan Barat yang dipaksakan oleh Inggris, menimbulkan reaksi keras dari rakyat India yang ingin tetap mempertahankan kebudayaan India asli. Kebudayaan Barat dianggap ter-lampau materialistis, padahal kebudayaan India lebih mementingkan kejiwaan dan kerohanian.
4)     Munculnya kaum terpelajar yang telah mengenyam pendidikan Barat, mereka telah mengetahui apa itu liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme.
5)     Pemberian status dominian Kanada tahun 1867 menimbulkan keinginan bangsa India untuk memperoleh status yang sama.

Gerakan nasionalisme di India tidak hanya di bidang politik, tetapi juga di dalam bidang keagamaan (kerohanian). Nasionalisme India bukan hanya gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan, tetapi juga untuk pembaharuan manusianya.
Gerakan nasionalisme di India diwujudkan dengan Pemberontakan Sepoy (1857), Gerakan Brahma Samaj, Santiniketan, Gerakan Rama Krisna, Partai Kongres, dan Mahatma Gandhi.
1)     Brahma Samaj
Gerakan ini bertujuan untuk membersihkan kepercayaan umat Hindu dari hal-hal yang mengotori agama dan memberantas keburukan yang ada dalam masyarakat Hindu. Misalnya, upacara Sati harus dihapus sebab dianggap sebagai pembunuhan. Di samping itu, Brahma Samaj melarang adanya perkawinan di bawah umur dan poligami. Tokoh gerakan ini ialah Ram Mohan Roy.
2)     Rama Krisna
Rama Krisna adalah aliran yang menghendaki kembali kepada ajaran agama Hindu yang murni. Tokohnya adalah Swami Vivekananda.
3)     Santineketan
Gerakan ini bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air, cinta bangsa, dan cinta kebudayaan India. Tokohnya adalah Rabindranath Tagore.
4)     Kongres (All Indian National Congres) 1885
Berdirinya Kongres tahun 1885 ini atas inisiatif Allan Octavian Home (seorang Inggris kelahiran Skotlandia) yang simpati terhadap perjuangan rakyat India. Partai Kongres di bawah pimpinan W.C. Bannerji, dalam perkembangannya banyak program dan kegiatannya yang didominasi oleh golongan Hindu. Bahkan, dari pihak Hindu yang ekstrim menyatakan semboyan “India untuk Hindu” (India adalah Hindu). Itulah sebabnya para tokoh Islam yang aspirasi kelompoknya tidak mendapat tempat yang wajar dalam Kongres memisahkan diri. Pada tahun 1907 dalam Kongres sendiri terdapat dua aliran, yakni antara lain:
a)     Aliran Moderat, yang puas dengan tuntutan swaraj atau home rule. Artinya menuntut pemerintahan sendiri dalam lingkungan Kerajaan Inggris. Tokohnya W.C. Bannerji dan Motilal Nehru.
b)     Aliran Ekstrim (radikal) yang menuntut kemerdekaan penuh (purna swaraj) dengan tokohnya Tilak dan Jawaharlal Nehru.
5)     Liga Muslim (Muslim League) 1906
Pada 1906 kelompok muslim keluar dari Kongres dan mendirikan partai tersendiri, yakni Liga Muslim (Muslim League) dengan tokoh-tokohnya Moh. Ali Jinnah, Liquat Ali Khan, dan Aga Khan.
           Tokoh dari India lainnya yang mengembangkan nasionalis India adalah bentuk perlawanan yang
dilakukan Mahatma Gandhi dalam berjuang melawan Inggris, antara lain melalui satyagraha (cinta tanah air), ahimsa (tidak membunuh), hartal (pemogokan), dan swadesi (menggunakan produk sendiri). Dengan gerakan ini ternyata mampu meningkatkan perekonomian bangsa India. Sebaliknya, merupakan pukulan bagi ekspor Inggris ke India. Sebagai tanda penghormatan pada swadesi, maka gambar “roda pemintal” tertera pada bendera kebangsaan India yang mulai berkibar pada tanggal 15 Agustus 1947.
b.      Gerakan Nasionalisme Cina
Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut.
1)     Lenyapnya kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang pernah membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K’ang Hsi dan Ch’ien Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
2)     Pemerintahan Manchu dianggap kolot dan telah bobrok.
3)     Adanya korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan Istana Manchu.
4)      Kekalahan Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
5)      Munculnya kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal paham-paham Barat, seperti liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian muncul cita-cita untuk menggulingkan pemerintahan Manchu.
Gerakan nasionalisme Cina dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen dengan ajarannya San Min Chu I (Tiga Asas Kerakyatan), yakni min t’sen (kebangsaan atau nasionalisme), min tsu (kerakyatan atau demokrasi ), dan min sheng (kesejahteraan atau sosialisme).
Dengan asas San Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita setelah Manchu runtuh akan dibentuk satu pemerintahan pusat yang demokratis. Di samping itu, akan mengangkat harkat dan martabat bangsa Cina sejajar dengan negara-negara Barat.
Pada tanggal 10 Oktober 1911 meletuslah revolusi di Wuchang (Wuchang Day) di bawah pimpinan Li Yuan Hung dan berhasil menggulingkan kekuasaan Manchu. Itulah sebabnya, tanggal 10 Oktober 1911 kemudian dijadikan Hari Kemerdekaan Cina. Dengan Revolusi Cina 1911, berarti runtuhlah kekuasaan Manchu. Selanjutnya, pada tanggal 1 Januari 1912 Sun Yat Sen dipilih sebagai Presiden Cina yang baru. Saat itu, wilayah Cina baru meliputi wilayah Cina Selatan dengan Nanking sebagai ibu kotanya.
Sementara itu, Cina Utara diperintah oleh Kaisar Hsuan Tsung (yang masih kanak-kanak) dengan didampingi oleh Yuan Shih Kai menyerahkan kekuasaan kepada rakyat Cina (12 Februari 1912). Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Manchu di Cina. Wilayah Cina Selatan dan Cina Utara berhasil dipersatukan. Yuan Shih Kai yang turut menandatangani penyerahan kekuasaan dan diberi kekuasaan untuk mengaturnya. Ia pun berambisi besar untuk menjadi presiden. Demi tetap tegaknya Republik Cina dan untuk terhindar dari perang saudara, maka Sun Yat Sen mengundurkan diri dari jabatan presiden (15 Februari 1912) dan menyerahkannya kepada Yuan Shih Kai.
Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton pada bulan Agustus 1912 dan mendirikan Partai Kuo Min Tang (nasional) dengan asas San Min Chu I. Pada perkembangannya, setelah Yuan Shih Kai menjadi presiden, ia bertindak diktator seperti kaisar. Pada tahun 1916, Yuan Shih Kai meninggal sehingga memberi kesempatan Sun Yat Sen kembali memimpin Cina Selatan. Di Cina Utara kemudian berdiri Partai Kung Chang Tang (komunis) di bawah pimpinan Li Li-san sebagai tandingan Partai Kuo Min Tang. Sun Yat Sen bercita-cita untuk menyatukan seluruh Cina, namun sayang sebelum cita-citanya terwujud dia telah meninggal dunia (1925) dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.

c. Gerakan Nasionalisme Jepang
Gerakan Nasionalisme Jepang dimulai setelah Restorasi Meiji. Restorasi yang dijalankan Meiji di antaranya dalam bidang sosial dengan menghapus sistem feodalisme, mengirimkan para pemuda dan pelajar keluar negeri, terutama ke negara-negara Barat untuk menimba ilmu di sana. Di bidang ekonomi, Jepang membangun sarana dan prasarana ekonomi, seperti membangun industri-industri, jalan-jalan, jaringan transportasi, dan lain sebagainya.
Bidang militer dengan meniru sistem militer Jerman dan Prancis. Selain melakukan gerakan modernisasi sendiri, baik di dalam maupun ke luar, ternyata Jepang mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari Barat untuk membantu pembangunan di Jepang. Karena Jepang memiliki semangat kerja yang tinggi, ulet, dan terampil, maka ilmu orang-orang Barat yang datang tadi dengan cepat dapat dikuasai. Selanjutnya Jepang mengembangkannya sendiri sampai akhirnya menjadi negara imperialis pada Perang Dunia II.
Keberhasilan bangsa Jepang mengadakan Restorasi dengan memodernisasi diri dan keberhasilan mengusir bangsa Barat dari dalam negeri dapat mendorong bangsa-bangsa Asia untuk berbuat seperti Jepang, khususnya bangsa-bangsa di Asia yang mengalami penjajahan dari bangsa Barat, seperti Indonesia yang dikuasai oleh Belanda.
d. Gerakan Nasionalisme Turki
Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Turki adalah sebagai berikut.
1)  Kekuasaan Turki Usmani yang semakin merosot.
2) Adanya pengaruh dari Revolusi Prancis dengan semboyannya liberte, egalite, dan fraternite.
3)  Timbulnya kaum terpelajar yang berpaham modern sehingga mereka mengetahui apa itu liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi.
4)  Kegiatan bangsa Barat yang semakin gencar untuk merebut daerah-daerah jajahan Turki dan siap menghancurkan Turki.
Dalam situasi demikian itulah, akhirnya mendorong timbulnya semangat nasionalisme terutama di kalangan tokoh-tokoh muda untuk mengadakan pembaharuan di segala bidang. Tokohnya antara lain, Kemal Pasha, Midhat Pasha, Rasjid Pasha, dan Ali Pasha.
Pada tahun 1906, dibawah pimpinan Kemal Pasha berdirilah perkumpulan Tanah Air dan Kemerdekaan, dan pada tahun 1908 tumbuh menjadi Gerakan Turki Muda.
            Tujuan Gerakan Turki Muda, yaitu sebagai berikut.
1) Menyelamatkan Turki dari keruntuhan total.
2) Menanamkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat.
3) Mengadakan perbaikan sosial, ekonomi dan budaya.
4) Mengadakan pembaharuan organisasi pemerintahan.
e. Gerakan Nasionalisme Filipina
Gerakan nasionalisme di Filipina meletus dalam bentuk pemberontakan Katipunan terhadap kekuasaan Spanyol. Gerakan nasionalisme ini didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1)  Hadirnya kaum terpelajar yang berpendidikan Barat.
2)  Perlakuan yang tidak adil.
3)  Masuknya paham-paham baru ke Filipina.
4)  Pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905, Revolusi Cina, dan Turki Muda.
Perlawanan dalam menentang kolonialisme Spanyol di Filipina berlangsung di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh terkenal, seperti Jose Rizal, Andreas Bonifacio, dan Emilio Aquinaldo. Dalam hal ini, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap Spanyol melalui organisasi pergerakan yang dikenal dengan nama Liga Filipina. Strategi perjuangannya ditempuh dengan cara-cara radikal, tetapi tetap mengutamakan cara persuasif untuk menyadarkan rakyat dan bangsa Filipina dalam melawan kekuasaan Spanyol. Akibat gerakan yang dilakukannya, Jose Rizal ditangkap dan kemudian dijatuhi hukuman mati pada tanggal 30 Desember 1896.
Perlawanan dilanjutkan oleh Andreas Bonifacio dan Emilio Aquinaldo. Tahun 1897 di bawah pimpinan Andres Bonifacio dirikan gerakan radikal dengan nama Katipunan Ng Mga Anak ng Bayan, yang artinya gerakan persatuan anak rakyat. Selanjutnya gerakan tersebut dipimpin oleh Emilio Aquinaldo yang dikenal sebagai seorang pejuang radikal dalam meneruskan pemberontakan Katipunan Jose Rizal. Ketika Spanyol dihadapkan pada perang melawan Amerika Serikat dalam perebutan daerah di sekitar Laut Karibia, maka Emilio Aquinaldo memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memproklamirkan kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898.
Setelah memproklamirkan kemerdekaan Filipina, Emilio Aquinaldo ditangkap oleh Amerika. Dengan demikian, setelah lepas dari Spanyol Filipina jatuh ke tangan Amerika (1898). Perjuangan menentang kolonialisme di Filipina terus dikobarkan dan pada tahun 1919 Filipina menuntut kemerdekaan penuh, tetapi ditolak oleh Amerika dengan alasan Filipina belum saatnya untuk merdeka. Amerika hanya memberikan status Commonwealth kepada bangsa Filipina pada tahun 1943. Sepuluh tahun kemudian, Filipina diberi kemerdekaan oleh Amerika dengan hari yang sama dengan hari kemerdekaan Amerika, yaitu tanggal 4 Juli 1946.  
Latarbelakang Lahirnya Nasionalisme Indonesia
Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat sejak abad XVII, namun kesadaran nasional sebagai sebuah bangsa baru muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul sebagai akibat dari sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena, melalui pendidikanlah muncul kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor penggerak nasionalisme Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa Indonesia di dalam membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat memasuki babak baru. Inilah yang kemudian dikenal dengan periode pergerakan nasional. Perjuangan tidak lagi dilakukan dengan perlawanan bersenjata tetapi dengan menggunakan organisasi modern.
Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para bangsawan terdidik saja. Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi juga karena hanya kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah kolonial. Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional sebagaimana perlawanan rakyat sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi modern bagi perjuangan kebangsaan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya nasionalisme Indonesia. Secara umum bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dari dalam antara lain sebagai berikut.
a. Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Ironisnya adalah eksploitasi Barat itu justru mampu menyatukan rakyat menjadi senasib sependeritaan.
b. Munculnya kelompok intelektual sebagai dampak sistem pendidikan Barat. Kelompok inilah yang mampu mempelajari beragam konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan dalam melawan kolonialisme Barat.
c. Beberapa tokoh pergerakan mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa lalu (Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram) untuk dijadikan motivasi dalam bergerak dan meningkatkan rasa percaya diri rakyat di dalam berjuang menghadapi kolonialisme Barat.
Kondisi itulah yang mampu memompa harga diri bangsa untuk bersatu, bebas, dan merdeka dari penjajahan. Meskipun begitu, harus diakui bahwa munculnya kesadaran berbangsa itu juga merupakan dampak tidak langsung dari perluasan kolonialisme. Oleh karena itu, para mahasiswa yang menjadi penggerak utama nasionalisme Indonesia bisa disebut sebagai tokoh penggerak dari masyarakat.
Sedang faktor yang berasal dari luar negeri antara lain kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905 yang mampu mengangkat rasa percaya diri bahwa bangsa berwarna bisa mengalahkan bangsa kulit putih, lahirnya nasionalisme di kawasan Asia dan Afrika yang berhasil membentuk negara-negara baru, serta beberapa prinsip dari Woodrow Wilson yang termuat dalam Wilson 14 points. Semua nilai-nilai yang berasal dari luar itu berhasil diserap oleh para tokoh pelajar intelektual kita yang sedang belajar di luar negeri.
Nasionalisme Indonesia muncul sebagai reaksi dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang ditimbulkan oleh adanya kolonialisme. Oleh karena itu, gerakan nasionalisme pada awal abad XX tidak bisa dipisahkan dari praktik kolonialisme sebab keduanya merupakan hubungan sebab akibat. Hanya saja, pada tahap awal nasionalisme berkembang pada tingkat elite yaitu kelompok bangsawan terpelajar.
Merekalah yang mula-mula memiliki kesadaran adanya diskriminasi kehidupan bangsa dan berusaha mencarikan jawabannya. Bentuk gerakannya memiliki corak yang beragam mulai dari yang bersifat etnis, kultural, hingga nasional. Itulah latar belakang munculnya nasionalisme Indonesia. Meskipun banyak mengadopsi nilai dan pengertian dari luar, tetapi nasionalisme Indonesia tetap memiliki spesifikasi tersendiri. Bisakah kamu menunjukkan perbedaan nasionalisme Indonesia dengan nasionalisme yang ada di negara lain?

PEGERAKAN NASIONAL

A.  FAKTOR-FAKTOR PENDORONG MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

1.   Faktor Intern (dari dalam)
      a.   Penderitaan rakyat selama penjajahan Belanda
      b.   Adanya deskriminasi rasial
      c.   Adanya Politik Etis
2.   Faktor Extern (dari luar)
      a.   Pengaruh faham-faham baru dari Eropa, seperti : Liberalisme, Demokrasi dan Nasionalisme
      b.   Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904 – 1905), mengangkat harkat dan martabat bangsa-bangsa Asia.
      c.   Pengaruh pergerakan nasional negara-negara Asia-Afrika lainnya, seperti : Turki, Mesir, India, Cina dan Filipina.

B.  PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN    NASIONAL INDONESIA

Budi Utomo

Berdirinya Budi Utomo diawali dari upaya dr. Wahidin Sudirohusodo berkeliling Jawa untuk membentuk Studie Fonds (Dana Belajar) untuk memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, namun berpotensi. Pada kahir 1907, dr. Wahidin bertemu pemuda Sutomo, pelajar STOVIA di Jakarta. Karena adanya kesamaan pemikiran antara kedua tokoh tersebut, maka pada hari Rabu, 20 Mei 1908, di Gedung STOVIA (Gedung Kebangkitan Nasional sekarang) dibentuklah organisasi modern pertama yang diberi nama Budi Utomo. Sebagai ketua pertamanya terpilih dr. Soetomo.

Pada mulanya tujuan Budi Utomo tertulis secara samar-samar yaitu “Kemajuan bagi Hindia”. Sedangkan jangkauan geraknya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Dalam waktu 6 bulan, Mei sampai dengan Oktober 1908, cabang Budi Utomo sudah berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo.

Pada bulan Oktober 1908, diadakan kongres Budi Utomo yang pertama di Yogyakarta, yang menghasilkan kepustusan-keputusan sebagai berikut :
a.       Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
b.      Kegiatan Budi Utomo ditujukan kepada bidang pendidikan dan kebudayaan
c.       Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura.

Kongres tersebut juga memutsukan susunan pengurus besar Budi Utomo. Bu[ati Karanga Anyar, R.T. Tirtokusumo, dipilih sebagai ketuanya. Pusat organisasi ditetapkan di Yogyakarta. Dalam perkembangannya, Budi Utomo kurang diminati oleh golongan muda. Hal ini disebabkan :
a.       Budi Utomo lebih memetingkan golongan priyayi.
b.      Budi Utomo lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada reaksi rakyat pribumi.
c.       Budi Utomo lebih mengutamakan pemakaian Bahasa Belanda daripada Bahasa Indonesia
d.      Budi Utomo tidak berpolitik

Walaupun  demikian, sampai akhir tahun 1909, Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota kurang lebih 10.000 orang. Pada tahun 1914, saat Perang Dunia I meletus, Budi Utomo yang pamornya sudah menurun, mengusulkan perlunya wajib militer bagi penduduk bumi putera (Indie Weerbaar). Gagasan ini ditolak Belanda, sebagai gantinya parlemen Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat), Desember 1916.

Serikat Islam

Pada mulanya, pada tahun 1911, Haji Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Solo, dengan tujuan untuk membela kepentingan pedagang-pedagang Indonesia dari ancaman pedagang Cina. Dengan masuknya Umar said Cokroaminoto, SDI diubah namanya menjadi Serikat Islam (SI), agar anggotanya tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Adapun tujuan dari Serikat Islam adalah sebagai berikut :
a.       mengembangkan jiwa dagang
b.      membantu para anggotanya yang mempunyai kesulitan dalam usahanya
c.       memajukan pengajaran
d.      memprbaiki pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.

Dalam waktu yang relatif singkat Serikat Islam mendapatkan simpati dan jumlah anggota yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh :
a.       Serikat Islam terbuka bagi semua golongan
b.      Serikat Islam berpolitik untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan
c.       Serikat Islam membela kepentingan rakyat pribumi yang menderita karena penjajahan
d.      Serikat Islam dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dihormati, seperti alim ulama dan kiai-kiai
e.       Agama Islam dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia.

Melihat adanya tanda-tanda semangat revolusioner dalam tubuh Serikat Islam, Gubernur Jendral Idenberg menaruh sikap waspada. Pada bulan Agustus 1912, untuk sementara waktu kegiatan Serikat Islam diskors. Pada kongres Serikat Islam pertama di Surabaya, Januari 1913, ditegaskan bahwa Serikat Islam bukan partai politik. Hal ini dimaksudkan untuk tidak melawan pemerintah Hindia Belanda. Pada kongres tersebut juga diputuskan bahwa Haji Umar Said Cokroaminoto, sebagai ketua SI dan Surabaya sebagai pusat kegiatan SI.

Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Serikat Islam (CSI) dengan tugas mengatur kerjasama antar SI daerah. Sementara itu ISDV (Indische Social Democratische Vereniging) yang berhaluan komunis yang didirikan oleh H.J.F.M. Sneevliet meakukan penyusupan (infiltrasi) ke dalam tubuh SI. ISDV berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI, seperti : Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirjo melalui SI cabang Semarang. Dalam perkembangannya terjadi pertentangan antara kelompok SI Putih dan SI Merah yang berhaluan komunis. Oleh karena itu pada konggres SI, Oktober 1921 diputuskan diberlakukannya disiplin partai. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi “Sarekat Rakyat”.

Indische Partij

Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai, yaitu :
1.      E.F.E. Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi.
2.      Suwardi Suryaningrat
3.      dr. Cipto Mangunkusumo

Tujuan didirikannya Indische Partij ini adalah untuk mempersatukan semua Indiers sebagai persiapan menuju kehidupan bangsa yang merdeka. Yang dimaksud dengan Indiers adalah semua orang yang lahir di Indonesia dan mengaku bertanah air Indonesia, baik orang Indo-Belanda, Cina, Arab maupun pribumi asli. Cita-cita Indische Partij ini disebarluaskan melalui surat kabar “De Express”.

Karena sikap dan programnya yang tegas dan bercita-cita “Hindia Merdeka” untuk pertamakalinya, maka surat permohonan untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum ditolak pemerintah Hindia Belanda. Sikap kritis Indische Partij ini juga tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara dalam surat kabar De Express yang berjudul Als ik en Nederlanders Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Artikel tersebut berisi sindiran terhadap pemerintah Hidia Belanda yang mengajak bangsa Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan Belanda yang ke-seratus.

Karena kegiatan-kegiatan IP dianggap merugikan pemerintah, maka pada bulan Agustus 1913, pemerintah Belanda menangkap ketiga pemimpin IP tersebut diatas. Merka kemudian mendapatkan hukuman buang. Mereka sendiri memilih Belanda sebagai tempat pembuangannya. Dengan dibuangnya ketiga tokoh IP tersebut, maka kegiatan IP semakin menurun. Oleh karena itulah IP kemudian berganti nama menjadi partai Insulinde. Pada tahun 1919, Insulinde berganti nama lagi menjadi Nasional Indische Partij (NIP).

C. MASA RADIKAL

Pada masa radikal ini organisasi-organisasi pergerakan nasional melakukan taktik perjuangan non-kooperatif, yaitu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang melakukan taktik non-kooperatif tersebut adalah : Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia (PI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Semangat radikal muncul di kalangan partai-partai politik di Indonesia dan di negeri Belanda disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :


a.       Setelah perang Dunia I, perasaan anti penjajahan di Asia-Afrika semakin menonjol
b.      Adanya pernyataan Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson, tentang hak untuk menentukan nasib sendiri
c.       Adanya krisis ekonomi dunia pada tahun 1921
d.      Sikap Gubernur Jendral Fock yang sangat reaksioner dan mengabaikan kekuatan yang sedang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.

Perhimpunan Indonesia

Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 di Den Haag, Belanda. Pada mulanya bernama Indische Veereniging (IV). Pendirinya adalah orang-orang Indonesia yang berada di Belanda, antara lain Sultan Kasayangan dan R.M. Noto Suroto. Pada mulanya organisasi ini hanya berupa organisasi sosial untuk mengurus kepentingan bersama orang-orang Indonesia di perantauan. Unsur-unsur politik mulai tampak dengan diterbitkannya majalah Hindia Putra pada bulan Maret 1916. Organisasi ini semakin berkembang dengan kedatangan tokoh-tokoh tiga serangkai pendiri Indische Partij yang sedang menjalani hukuman buang di negeri Belanda.

Setelah Perang Dunia I, semangat nasionalisme semakin kuat, pada tahun 1922 Indische Veereniging berganti nama menjadi Indonesische Veereniging. Pada tahun 1923 majalah Hindia Putra berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Pada tahun 1925 Indonesische Veereniging berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Aktifitas politik PI ini semakin meningkat sejak bergabungnya Ahmad Subarjo dan Mohammad Hatta ke dalam tubuh PI. Bahkan kemudian PI menegaskan bahwa tujuan PI adalah Indonesia Merdeka yang akan dicapai melalui aksi bersama dan serentak oleh masyarakat Indonesia.

Untuk mendapatkan dukungan internasional, maka PI ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi internasional menentang penjajahan, seperti :
a.       Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial
b.      Liga Demokrasi Internasional
c.       Kongres Wanita Internasional
d.      Mengadakan hubungan dengan Komunisme Internasional (Komintern).

Pada tahun 1920-an pengaruh PI di tanah air semakin luas. Beberapa organisasi lahir di tanah air karena mendapat pengaruh dari PI, seperti : PPPI, PNI, dan Jong Indonesia. Pada tahun 1927 diadakan penggeledahan terhadap pemimpin-pemimpin PI. Empat tokoh PI, yaitu : Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamijoyo, dan Abdul Majid Joyoadiningrat ditangkap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Mereka dituduh akan melakukan pemberontakan dan pemerintah kolonial menduga ada hubungan antara pemberontakan PKI, 1926 dengan PI.

Partai Nasional Indonesia

Partai Nasional Indonesia berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung. Banyak anggota PNI adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang kembali ke tanah air. Ir. Sukarno terpilih sebagai ketua PNI. Sedangkan tujuan PNI adalah “Indonesia Merdeka”. Tujuan tersebut akan dicapai dengan azas “percaya pada diri sendiri”, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial budaya yang rusak karena penjajahan dengan kekuatan sendiri. Idiologi PNI adalah Marhaenisme yang dicetuskan oleh Ir. Sukarno dengan tujuan untuk menggalang persatuan dari aliran-aliran politik yang ada di Indonesia, yaitu : Nasionalis, Islam dan Marxis.

Pemimpin-pemimpin PNI seperti : Mr. Sartono, Mr. Suyudi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, dr. Syamsi, Mr. Budyarto, Mr. Ali Sastroamijoyo dan khususnya Ir. Sukarno berhasil menggerakkan rakyat Indonesia sehingga pengaruh PNI semakin luas. Dengan aksi persatuannya, PNI berhasil membentuk Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada tanggal 18 Desember 1927 di Bandung. PPPKI beranggotakan PNI, SI, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club dan Algemene Studie Club.
Adanya isu bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, dijadikan alasan oleh pemerintah kolonial untuk mengadakan penggeledahan dan penangkapan. Sehingga pada bulan Desember 1929, empat tokoh PNI ditangkap. Mereka adalah Ir. Sukarno, R. Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadireja dan Supriadinata. Dalam pengadilan mereka di Sukamiskin, Bandung, Ir. Sukarno membacakan pidato pembelaannya berjudul “Indonesia Menggugat”. Tokoh-tokoh PNI tersebut akhirnya dijatuhi hukuman penjara.
Gerakan wanita
Pelopor gerakan wanita Indonesia adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Aryo Sosroningrat. Beliau lahir 21 April 1897 yang karena jasanya kemudian kelahirannya diperingati sebagai Hari Kartini. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan dan pengajaran.
Selain Kartini, di Jawa Barat muncul tokoh wanita bernama Dewi Sartika yang juga hendak meningkatkan derajat kaum wanita. Perjuangan R.A. Kartini dan Dewi Sartika inilah yang kemudian mengilhami lahirnya organisasi-organisasi wanita di Indonesia, seperti berikut.

E.  Manifesto Politik Pergerakan Nasional Indonesia
1.  Partai Indonesia Raya (Parindra)
             Partai ini didirikan oleh dr. Sutomo tahun 1935. Parindra adalah partai peleburan antara Budi Utomo dan PBI. Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya yang mulia dan sempurna. Karena bersifat kooperatif, maka Parindra mempunyai wakil-wakil di Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). Tokoh Parindra yang duduk di Volksraad ialah Moh. Husni Tamrin, R. Sukardjo Pranoto, R.P. Suroso, Wiryoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.
2. Gerakan Rakyat Indonesia
             Gerindo berdiri di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 sebagai akibat bubarnya Partindo. Adapun yang menjabat sebagai ketuanya adalah Adnan Kapau Ghani (A. K. Ghani). Adapun anggota Gerindo di antaranya adalah anggota-anggota Partindo, yaitu Mr. Moh Yamin, Mr. Amir Syarifudin, Mr. Sartono, S. Mangunsarkoro, Mr.Wilopo, dan Nyonopranoto. Tujuan Gerindo adalah tercapainya Indonesia merdeka. Sikap Gerindo, yaitu kooperatif.


1.      Transformasi Etnik, Terbentuk dan berkembangnya Identitas Kebangsaan Indonesia
a.      Tranformasi etnik
Perjuangan oleh banyak etnik terhadap belnda dimanfaatkan oleh belanda dengan memecah belah, tetapi setelah masyarakat sadar akan persatuan, dan dimullai pergerakan nasional, maka rakyat indonesia bersatu baik rajyat di daerah maupun keturunan china bersatu melawan belanda.
b.       Gerakan Masyarakat Indonesia keturunan China
Munculnya gerakan nasionalisme di china, maka menyerukan semangat para orang China, dan membantu orang- orang pribumi melawan belanda.
c.       Gerakan Masyarakat Indonesia Keturunan Belanda
Gerakan ini dilakukan oleh keturuna Indo yang orang tuanya kawin dengan orang pribumi, orang keturunan ini biasanya telah mendapt pendidikan yang lebih baik dibanding pribumi, sehingga peranannya pun juga besar dalaam pergerakan nasional.
2.      Pergerakan bersifat kedaerahan
a.       Gerakan melawan pemerasan yang dilakukan oleh orang- orang pribumi kepada kolonial yang terjadi di daerah atau di tanah partikelir (swasta).
b.       Gerakan Ratu Adil yaitu yang didasari oleh kepercayaan masyarakat akan datngnya juru selamat. Tahun 1903 pemberontakan pertama dilakukan di Sidoarjo dan tahun 1907 terjadi di Kediri
c.       Pergerakn bersifat keagamaan antara lain di Banten Utara yang dilakukan oleh Tarekat Naqsabadiyah dan Qodariyah.
3.      Pembentukan Identitas Nasional dan Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
a.      Istilah Indonesia
1)     J.R Logan mempergunakan istilah Indonesia untuk menyebut Kepulauan nuasantara, dan penduduk nusantara.
2)     Earl G Windsor, pada tahun 1850 menyebut INDONESIA pada media milik J.R Logan, dan menyatakkan indonesia sebagai negara  yang besar dan paling berpotensi di Asia Tenggara.
3)     Tokoh- tokoh lain yang menyebut Indonesia yaitu Adolf Bastian( 1884), Van Volenhoven, Snouck Hurgronnje, Kern, dan lain- lain.
Pada tanggal 28 oktober 1928 terjadi sumpah pemuda, dan dari sanalah kata Indonesia dipakai untuk pertama kali sebagai identitas nasional, dan nnegara.
Tentara jepang berhasil memenangkan pertempuran di Pasifik melawan tentara sekutu. Kemudian, mereka terus bergerak ke selatan memasuki wilayah Asia Tenggara, tidak terkekecuali Indonesia. Asia untuk Asia; itulah yang ada dibenak mereka

0 komentar:

Posting Komentar

Followers